بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Bisa
dipastikan hampir semua pengguna facebook
(facebooker) pernah menulis status
pada status facebook-nya. Tidak
sedikit di antara kita (dan mungkin facebooker
lainnya) yang terkadang menulis status tentang ibadah yang telah kita lakukan.
Beberapa contoh status seperti itu:
“Tahajud udah, dzikir udah, baca
Al-qur’an udah. Sekarang apa lagi ya?”
“Asslm. Road to juz 30. Alhamdulillah.”
“
“Udahan dulu ah fb-nya. Mau Ashar
dulu.”
“
“Sholat dulu ah,,,”
“Besok mau puasa. Enaknya tar
saur makan apa ya?”
“Buka puasa nanti sama apa ya
enaknya?”
“Baru aja saur nih.”
“Selamat berbuka puasa.” [yang
ini mungkin tidak lazim kalau bukan dalam bulan Ramadhan, tapi mengindikasikan
bahwa si penulis status kemungkinan besar berpuasa]
Ada juga
yang suka menuliskan bahwa dia sudah makan ini dan makan itu untuk sahur.
Mungkin saja memang, tidak ada niat untuk “pamer”, tetapi status seperti itu
akan terlihat seolah-olah dia ingin orang lain mengetahui bahwa dia sedang mengerjakan
amal sholeh ini, amal sholeh itu, dan lain-lain.
Dalam
perjuangan menuju Jalan ALLAH, janganlah luasnya rahmat dan ampunan ALLAH
menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-NYA. Janganlah kita merasa
bahwa segala amalan yang kita kerjakan pasti diterima oleh-NYA. Siapa yang bisa
menjamin semua itu?
ALLAH Ta’âla berfirman:
“Dan orang-orang yang memberikan apa
yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” [Al-Mu’minûn : 60]
Al-Imam
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
“Maksudnya, orang-orang yang
memberikan pemberian itu khawatir dan takut tidak diterima amalannya, karena
mereka merasa telah meremehkan dalam mengerjakan syarat-syaratnya.” [Tafsir
Ibnu Katsir, 3/234]
Aisyah
radhiyallâhu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wasallam tentang ayat di atas, maka beliau menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang
berpuasa, bersedekah, sholat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima
amalannya.”
[HR Tirmidzi no. 3175, Ibnu
Majah no. 4198, Ahmad 6/159, Al-Hakim 2/393, dihanaskan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Ash-Shahihah no. 162]
ALLAH Ta’âla
dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam telah memberikan contoh tentang
hangusnya (terhapusnya) amalan seorang hamba. ALLAH berfirman:
“Apakah
ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam
buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai
keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang
mengandung api, lalu terbakarlah. Demikian ALLAH menerangkan ayat-ayat-NYA
kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” [Al-Baqarah : 266]
Seorang laki-laki pernah bertanya
kepada Tamim ad-Dari radhiyallâhu anhu tentang shalat malam beliau. Beliau sangat marah dengan
pertanyaan ini dan berkata kepada laki-laki
itu:
“Demi ALLAH,
satu raka’at yang aku kerjakan di tengah malam dengan rahasia lebih aku sukai
daripada aku shalat malam semalam suntuk lalu aku ceritakan kepada manusia.”
Penghapus Amal Sholeh
[1] Syirik Kepada ALLAH
Syirik
akan menghapuskan seluruh amal sholeh. ALLAH Ta’âla berfirman dalam Surat
Az-Zumar ayat 65:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (ALLAH), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
Aisyah
radhiyallâhu ‘anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wasallam tentang Abdullah bin Jud’an yang mati dalam keadaan syirik pada masa Jahiliyah,
akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang
teraniaya dan punya kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wasallam menjawab:
“Semua amalan itu tidak
memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan: ‘Wahai
Rabbku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada Hari Kiamat kelak.” [HR
Muslim no. 214]
[2] Riya’
ALLAH
berfirman dalam hadits qudsi:
“AKU
paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal
menyekutukan-KU kepada yang lain, maka AKU tinggalkan amalannya dan
tandingannya.” [HR Muslim no. 2985]
Suatu
hari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian
adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apa yang
dimaksud dengan syirik kecil?”
Beliau menjawab, “Yaitu riya’.”
[HR Ahmad 5/428, Baihaqi no. 6831, Baghawi dalam Syarhus Sunnah 4/201, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Ash-Shahihah no. 951, Shohih Targhib 1/120]
Ibnu
Rajab Al-Hanbali rahimahullâh berkata:
“Ketahuilah bahwasanya amalan
yang ditujukan kepada selain ALLAH bermacam-macam. Ada kalanya murni dipenuhi
dengan riya’, tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi
meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya orang-orang munafik di dalam
sholat mereka. ALLAH Ta’âla berfirman: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat,
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.” (An-Nisâ’
: 142). Lanjutnya lagi: “Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan
yang dipenuhi riya’ – tidak diragukan lagi bagi seorang Muslim – sia-sia
belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari ALLAH
Ta’âla. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada ALLAH akan tetapi
terkotori oleh riya’.” [Taisir Aziz Hamid
hal. 467]
Contoh:
Contoh:
Seseorang sedang melaksanakan
puasa sunnah dengan niat semata-mata
karena ALLAH. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa
dia sedang berpuasa: “Enaknya buka puasa pakai apa ya?” Atau, ia menulis di
status FB-nya bahwa ia telah/akan melakukan amal sholeh agar diketahui orang
banyak (meskipun mungkin memang tidak ada niat seperti itu, tapi status facebook bisa dilihat oleh banyak
orang). Maka hanguslah amalnya.
[3] Menerjang Apa yang Diharamkan ALLAH Ketika Sedang Sendirian
Orang
yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan ALLAH ketika sedang sendirian,
maka akan terhapus amalnya berdasarkan hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wasallam:
“Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada Hari Kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. ALLAH menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran.”
“Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada Hari Kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. ALLAH menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran.”
Tsauban radhiyallâhu ‘anhu
bertanya: “Terangkanlah sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, agar kami
tidak seperti mereka.”
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wasallam menjawab: “Mereka masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka
mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja
mereka apabila menyendiri menerjang keharaman ALLAH.” [HR Ibnu Majah no. 4245, dishohihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah
no. 505]
[4] Menyebut-nyebut Amalan Sholeh Sendiri
Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh ALLAH pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya adzab yang pedih.”
“Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh ALLAH pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya adzab yang pedih.”
Para sahabat bertanya: “Terangkan
sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, alangkah meruginya mereka.”
Nabi shallallâhu alaihi wasallam
bersabda: “Mereka adalah orang yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka
menyebut-nyebut pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan
sumpah palsu.” [HR Muslim no. 106]
[5] Mendahului Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam Perintahnya
Maksudnya
adalah, janganlah seorang Muslim melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, sebab hal itu termasuk perbuatan
lancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya amal adalah yang sesuai
dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam.
ALLAH Ta’âla
berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului ALLAH dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurât : 1)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului ALLAH dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurât : 1)
Al-Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Waspadalah anda dari ditolaknya
amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan
berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana ALLAH berfirman: ‘Dan (begitu
pula) KAMI memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah
beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada permulaannya, dan KAMI biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.’” (Al-An’am : 110)
[6] Bersumpah Atas Nama ALLAH Tanpa Ilmu
Abu
Hurairah radhiyallâhu ‘anhu berkata:
“Demi DZAT yang jiwaku berada di
‘tangan’-NYA, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan
akhiratnya.” [HR Abu Dawud no. 4901, Ahmad 2/323, dishohihkan oleh Ahmad
Muhammad Syakir dalam Syarh Musnad
no. 8275]
Dari
Jundub radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada orang yang berkata: ‘Demi ALLAH,
ALLAH tidak akan mengampuni si fulan.’ Maka ALLAH berkata: ‘Siapa yang
bersumpah atas nama-KU bahwa AKU tidak akan mengampuni si fulan, sungguh AKU
telah mengampuninya dan AKU membatalkan amalanmu!” [HR Muslim no. 2621]
[7] Membenci Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam
ALLAH Ta’âla
berfirman:
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan ALLAH (Al-Qur’an) lalu ALLAH menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad : 9)
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan ALLAH (Al-Qur’an) lalu ALLAH menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad : 9)
[8] Terluput Mengerjakan Sholat Ashar
Nabi shallallâhu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan sholat Ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu.” [HR al-Bukhori, An Nasâ’i dan Ibnu Majah]
“Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan sholat Ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu.” [HR al-Bukhori, An Nasâ’i dan Ibnu Majah]
Thanks for
reading, semoga berestafet ^_^
P.S.
Silakan kalau mau copy-paste,
dan mohon sertakan link-back ke blog
ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar