Minggu, 23 Juni 2013

STATUS FACEBOOK YANG MERUSAK IBADAH DAN PENGHAPUS AMAL SHOLEH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Bisa dipastikan hampir semua pengguna facebook (facebooker) pernah menulis status pada status facebook-nya. Tidak sedikit di antara kita (dan mungkin facebooker lainnya) yang terkadang menulis status tentang ibadah yang telah kita lakukan. Beberapa contoh status seperti itu:

“Tahajud udah, dzikir udah, baca Al-qur’an udah. Sekarang apa lagi ya?”

“Asslm. Road to juz 30. Alhamdulillah.”

Asslm. Bersiap lagi memenuhi undangan ALLAH. It’s time to beberesih body n hati!”

“Udahan dulu ah fb-nya. Mau Ashar dulu.”

“Baru selesai sholat Isya... (harusnya sholat tahajjud, coz baru bangun tidur… hehehe)”

Wuih, dingin banget pas ngambil air wudhu. Ketahanan tubuh mulai menurun euy!”

“Sholat dulu ah,,,”
“Besok mau puasa. Enaknya tar saur makan apa ya?”
“Buka puasa nanti sama apa ya enaknya?”
“Baru aja saur nih.”
“Selamat berbuka puasa.” [yang ini mungkin tidak lazim kalau bukan dalam bulan Ramadhan, tapi mengindikasikan bahwa si penulis status kemungkinan besar berpuasa]

Ada juga yang suka menuliskan bahwa dia sudah makan ini dan makan itu untuk sahur. Mungkin saja memang, tidak ada niat untuk “pamer”, tetapi status seperti itu akan terlihat seolah-olah dia ingin orang lain mengetahui bahwa dia sedang mengerjakan amal sholeh ini, amal sholeh itu, dan lain-lain.

Dalam perjuangan menuju Jalan ALLAH, janganlah luasnya rahmat dan ampunan ALLAH menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-NYA. Janganlah kita merasa bahwa segala amalan yang kita kerjakan pasti diterima oleh-NYA. Siapa yang bisa menjamin semua itu?

ALLAH Ta’âla berfirman:
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” [Al-Mu’minûn : 60]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
“Maksudnya, orang-orang yang memberikan pemberian itu khawatir dan takut tidak diterima amalannya, karena mereka merasa telah meremehkan dalam mengerjakan syarat-syaratnya.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/234]

Aisyah radhiyallâhu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam tentang ayat di atas, maka beliau menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, sholat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima amalannya.”
[HR Tirmidzi no. 3175, Ibnu Majah no. 4198, Ahmad 6/159, Al-Hakim 2/393, dihanaskan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 162]

ALLAH Ta’âla dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam telah memberikan contoh tentang hangusnya (terhapusnya) amalan seorang hamba. ALLAH berfirman:

“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikian ALLAH menerangkan ayat-ayat-NYA kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” [Al-Baqarah : 266]

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Tamim ad-Dari radhiyallâhu anhu tentang shalat malam beliau. Beliau sangat marah dengan pertanyaan ini dan berkata kepada laki-laki itu:
“Demi ALLAH, satu raka’at yang aku kerjakan di tengah malam dengan rahasia lebih aku sukai daripada aku shalat malam semalam suntuk lalu aku ceritakan kepada manusia.”


Penghapus Amal Sholeh
[1] Syirik Kepada ALLAH

Syirik akan menghapuskan seluruh amal sholeh. ALLAH Ta’âla berfirman dalam Surat Az-Zumar ayat 65:

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (ALLAH), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

Aisyah radhiyallâhu ‘anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam tentang Abdullah bin Jud’an yang mati dalam keadaan syirik pada masa Jahiliyah, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan: ‘Wahai Rabbku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada Hari Kiamat kelak.” [HR Muslim no. 214]


[2] Riya’

ALLAH berfirman dalam hadits qudsi:

“AKU paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-KU kepada yang lain, maka AKU tinggalkan amalannya dan tandingannya.” [HR Muslim no. 2985]

Suatu hari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?”
Beliau menjawab, “Yaitu riya’.” [HR Ahmad 5/428, Baihaqi no. 6831, Baghawi dalam Syarhus Sunnah 4/201, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 951, Shohih Targhib 1/120]

Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullâh berkata:
“Ketahuilah bahwasanya amalan yang ditujukan kepada selain ALLAH bermacam-macam. Ada kalanya murni dipenuhi dengan riya’, tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya orang-orang munafik di dalam sholat mereka. ALLAH Ta’âla berfirman: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.” (An-Nisâ’ : 142). Lanjutnya lagi: “Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya’ – tidak diragukan lagi bagi seorang Muslim – sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari ALLAH Ta’âla. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada ALLAH akan tetapi terkotori oleh riya’.” [Taisir Aziz Hamid hal. 467]

Contoh:
Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dengan niat semata-mata karena ALLAH. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa dia sedang berpuasa: “Enaknya buka puasa pakai apa ya?” Atau, ia menulis di status FB-nya bahwa ia telah/akan melakukan amal sholeh agar diketahui orang banyak (meskipun mungkin memang tidak ada niat seperti itu, tapi status facebook bisa dilihat oleh banyak orang). Maka hanguslah amalnya.


[3] Menerjang Apa yang Diharamkan ALLAH Ketika Sedang Sendirian

Orang yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan ALLAH ketika sedang sendirian, maka akan terhapus amalnya berdasarkan hadits Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam:
“Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada Hari Kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. ALLAH menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran.”
Tsauban radhiyallâhu ‘anhu bertanya: “Terangkanlah sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka.”
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menjawab: “Mereka masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman ALLAH.” [HR Ibnu Majah no. 4245, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 505]


[4] Menyebut-nyebut Amalan Sholeh Sendiri

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh ALLAH pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya adzab yang pedih.”
Para sahabat bertanya: “Terangkan sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, alangkah meruginya mereka.”
Nabi shallallâhu alaihi wasallam bersabda: “Mereka adalah orang yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” [HR Muslim no. 106]


[5] Mendahului Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam Perintahnya

Maksudnya adalah, janganlah seorang Muslim melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, sebab hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya amal adalah yang sesuai dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam.

ALLAH Ta’âla berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului ALLAH dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurât : 1)

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Waspadalah anda dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana ALLAH berfirman: ‘Dan (begitu pula) KAMI memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada permulaannya, dan KAMI biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.’” (Al-An’am : 110)


[6] Bersumpah Atas Nama ALLAH Tanpa Ilmu

Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu berkata:
“Demi DZAT yang jiwaku berada di ‘tangan’-NYA, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” [HR Abu Dawud no. 4901, Ahmad 2/323, dishohihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir dalam Syarh Musnad no. 8275]

Dari Jundub radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada orang yang berkata: ‘Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni si fulan.’ Maka ALLAH berkata: ‘Siapa yang bersumpah atas nama-KU bahwa AKU tidak akan mengampuni si fulan, sungguh AKU telah mengampuninya dan AKU membatalkan amalanmu!” [HR Muslim no. 2621]


[7] Membenci Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam

ALLAH Ta’âla berfirman:
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan ALLAH (Al-Qur’an) lalu ALLAH menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad : 9)


[8] Terluput Mengerjakan Sholat Ashar

Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan sholat Ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu.” [HR al-Bukhori, An Nasâ’i dan Ibnu Majah]


Thanks for reading, semoga berestafet  ^_^
           
P.S.

Silakan kalau mau copy-paste, dan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar