Selasa, 18 Juni 2013

BIOGRAFI IMAM MUSLIM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Imam Muslim merupakan salah satu imam Ahlul-hadits termasyhur. Kitab haditsnya “Ash-Shohih” atau “Shohih Muslim” dianggap sebagai kitab paling shohih ke tiga setelah Al-Quran dan Shohih al-Bukhori (kitab hadits karya Imam al-Bukhori).

Nama lengkap Imam Muslim adalah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Menurut pendapat yang shohih sebagaimana dikemukakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya “Ulama’ul Amsar”, Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada 206 H.


Kehidupan Belajar Imam Muslim

Imam Muslim belajar hadits sejak usia sekitar 12 tahun. Beliau banyak belajar ke Hijaz, Iraq, Syam, Mesir, dan negara-negara lain. Beliau mengunjungi banyak ulama ternama untuk berguru hadits. Di negeri Khurasan, beliau berguru pada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray, beliau berguru pada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Di Iraq, beliau berguru pada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah. Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’abuzar juga menjadi guru beliau di Hijaz. Sedangkan di Mesir beliau berguru pada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Beliau juga sering mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada para ulama hadits. Kunjungan terakhir beliau ke Baghdad adalah pada 259 H.

Ketika Imam al-Bukhori mengunjungi Naisabur, Imam Muslim sering mendatanginya untuk berguru. Saat terjadi fitnah terhadap Imam al-Bukhori serta konflik antara Imam al-Bukhori dan Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli, Imam Muslim memihak Imam al-Bukhori. Hal ini menyebabkan terputusnya hubungan beliau dengan adz-Zuhli. Ketika adz-Zuhli menyampaikan pernyataan tentang penentangannya terhadap Imam al-Bukhori di majelisnya, Imam Muslim dan Ahmad bin Salamah berdiri. Beliau bahkan kemudian mengirimkan kembali kepada adz-Dzuhli semua catatan riwayat yang didapatkannya dari adz-Dzuhli, sehingga dalam Shohih Muslim tidak ada riwayat adz-Dzuhli dari berbagai sanad yang ada padanya. Dalam kitab lainnya pun, Imam Muslim tidak memasukkan hadits yang diterimanya dari adz-Dzuhli, padahal adz-Dzuhli adalah guru beliau. Hal serupa juga tidak beliau lakukan terhadap Imam al-Bukhori. Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits-hadits yang diterimanya dari Imam al-Bukhori meski beliau adalah gurunya.

Ulama-ulama lain yang menjadi guru Imam Muslim adalah Ustman dan Abu Bakar bin Abu Syaibah, Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid, Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa’id al-Ayli, Qutaibah bin Sa’id, dan ulama lainnya.

Imam Muslim wafat pada Ahad sore 24 Rajab 261 H, di usia 55 tahun. Beliau dimakamkan esok harinya di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur.


Keahlian Imam Muslim

Imam al-Bukhori merupakan ulama terkemuka di bidang hadits shohih, berpengetahuan luas tentang seluk beluk hadits, dan tajam kritiknya. Dan Imam Muslim adalah orang ke dua setelah Imam al-Bukhori, baik dalam ilmu, pengetahuan, maupun keutamaan dan kedudukannya.

Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama Ahlul-hadits maupun ulama lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi mengatakan:
“Muslim telah mengikuti jejak Bukhori, memerhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang dilaluinya.”
Namun, pernyataan ini tidak berarti bahwa Imam Muslim hanyalah pengekor karena beliau mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri dalam menyusun kitabnya. Beliau juga menggunakan metode baru yang belum pernah diperkenalkan sebelumnya.

Abu Quraisy al-Hafidz mengatakan bahwa orang yang benar-benar ahli di bidang hadits hanya empat orang, dan salah satunya adalah Imam Muslim (Tazkiratul Huffaz, jilid 2, hal. 150). Maksud perkataan tersebut adalah para Ahlul-hadits terkemuka yang hidup di masa al-Hafidz, karena Ahlul-hadits cukup banyak jumlahnya.


Karya-Karya Imam Muslim

Imam Muslim menulis beberapa kitab, di antaranya:
1.      Al-Jami’ ash-Shohih (Shohih Muslim);
2.      Al-Musnadul Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama perawi hadits);
3.      Kitabul-Asma’ wal-Kuna;
4.      Kitab al-‘Ilal.
5.      Kitabul-Aqran.
6.      Kitabu Su’alatihi Ahmad bin Hambal.
7.      Kitabul-Intifa’ bi Uhubis-Siba’.
8.      Kitabul-Muhadramin.
9.      Kitabu man Laisa lahu illa Rawin Wahid.
10.  Kitab Auladis-Sahabah.
11.  Kitab Awhamil-Muhadditsin.


Kitab Shohih Muslim

Al-Jami ash-Shohih dianggap sebagai kitab ke tiga paling shohih setelah Al-Quran dan kitab Shohih al-Bukhori. Dua kitab ini diterima dengan baik oleh umat Muslim.

Dalam menyusun Shohih Muslim, Imam Muslim meneliti dan mempelajari kondisi pada perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan, dan membandingkan riwayat tersebut satu sama lain. Beliau sangat teliti dan hati-hati menggunakan lafadz-lafadz, dan selalu memberikan isyarat bila adanya perbedaan antara lafadz-lafadz tersebut.

Imam Muslim pernah mengatakan, “Aku susun kitab Shohih ini yang disaring dari 300.000 hadits.”

Ahmad bin Salamah mengatakan, “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Shohih-nya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 hadits.” Sedangkan Ibnu Salah menyebutkan dari Abu Quraisy al-Hafidz bahwa jumlah hadits dalam Shohih Muslim adalah 4.000 hadits.

Kedua pendapat tersebut bisa dikompromikan, yaitu perhitungan pertama memasukkan hadits-hadits yang berulang, sedangkan perhitungan ke dua hanya menyebutkan hadits yang tidak berulang.

Dalam Shohih-nya, Imam Muslim berkata:
“Tidak setiap hadits yang menurutku shohih aku cantumkan di sini. Aku hanya mencantumkan hadits-hadits yang telah disepakati oleh para ulama hadits.”
“Tidaklah aku mencatumkan sesuatu hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadits daripadanya melainkan dengan alasan pula.”

Imam Muslim juga berkata sebagai ungkapan gembira atas karunia ALLAH yang diterimanya:
“Apabila penduduk Bumi ini menulis hadits selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini.”

Di kitab Shohih-nya, Imam Muslim tidak membuat judul tiap bab secara terperinci. Judul-judul dan bab yang kita dapati kini pada Shohih Muslim dibuat oleh para pengulas yang muncul kemudian. Di antara mereka, yang paling baik membuatkan judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarah-nya.


Thanks for reading  ^_^

Sumber:
ahlulhadits (yang disalin dari biografi Imam Muslim dalam Kutubus Sittah Abu Syuhbah 59)

P.S.
Silakan kalau mau copy-paste, dan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar