Sabtu, 23 Juni 2012

MUKJIZAT NABI MUSA ‘ALAIHISSALAM: TONGKAT MENJADI ULAR


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Masa Fir’aun Menephthah, atau Ramses II, yang sezaman dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, merupakan zaman para penyihir ulung.

Pada surat Thaha 60-64, Allah menceritakan tentang Fir’aun yang mengumpulkan semua tukang sihir untuk menghadapi Nabi Musa ‘alaihissalam. Menurut Muhammad bin Kaab, jumlah penyihir tersebut adalah 80.000 orang. Sedangkan menurut Qasim bin Abi Bazzah berjumlah 30.000an orang. Abu Umamah mengatakan 19.000 orang, Muhammad bin Ishaq mengatakan 15.000 orang, dan Kaab Al-Ahbar mengatakan 12.000 orang. Sedangkan menurut riwayat Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Abbas, menyebutkan 70.000 orang. Ibnu Abbas juga meriwayatkan bahwa mereka berjumlah 40.000 pemuda Bani Israil, yang sebelumnya memang diperintahkan oleh Fir’aun untuk belajar sihir (namun riwayat ini diragukan).

Setelah semuanya berkumpul, termasuk seluruh penduduk, “pertarungan” pun dimulai. Dalam surat Thaha 65-69, diceritakan mengenai terjadinya “pertarungan” ini. Tali-tali dan tongkat-tongkat para penyihir berubah menjadi ular.

Namun, sihir tersebut sebenarnya hanyalah teknik menipu/mengelabui pandangan orang yang melihat. Para penyihir tersebut “merekayasa” pandangan semua orang sehingga mata mereka melihat seolah-olah tali dan tongkat tersebut berubah menjadi ular. Yang tidak tertipu tentu saja adalah para penyihir tersebut. Nabi Musa ‘alaihissalam yang sebelumnya juga merasa takut ditenangkan oleh Allah, bahwa dialah yang kemudian akan menang.

Setelah diperintahkan oleh Allah, Nabi Musa ‘alaihissalam kemudian melemparkan tongkatnya. Tongkat tersebut kemudian berubah menjadi ular raksasa (sejumlah ulama salaf bahkan menyebut ular tersebut mempunyai kaki) yang kemudian melahap semua ular jadi-jadian yang diciptakan para penyihir.

Para penyihir yang terkaget-kaget itu kemudian menyadari bahwa yang dilakukan Nabi Musa ‘alaihissalam bukanlah sihir, karena tongkatnya memang benar-benar berubah menjadi ular. Mereka kemudian meyakini bahwa itu merupakan mukjizat yang diberikan oleh Allah subhaanahu wata’aala. Mereka pada akhirnya berserah diri dan bersujud, dan berkata, “Kami beriman kepada Tuhan Musa dan Harun.”

Para penyihir itu kemudian dihukum dengan sangat berat oleh Fir’aun. Dalam surat Asy-Syu’araa’ 29-51, diceritakan bahwa mereka akan dihukum dengan dipotong tangan dan kaki secara bersilangan (tangan kanan dan kaki kiri, atau tangan kiri dan kaki kanan), dan kemudian disalib.

Abdullah bin Abbas dan Ubaid bin Umair meriwayatkan, “Pagi hari mereka adalah penyihir, sedangkan di sore hari mereka sudah menjadi para syahid yang mulia.”


Thanks for reading  ^_^

Sumber:
buku Qashash Al-Anbiyaa’, 2002, karya Ibnu Katsir


PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar