Rabu, 20 Juni 2012

SEKILAS KISAH NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Nasab Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menurut keterangan ahlul al-kitab dalam kitab mereka adalah Ibrahim bin Terah (250 tahun) bin Nahor (148) bin Serug (230) bin Rehu (239) bin Peleg (439) bin Eber (464) bin Selah (433) bin Arpakhsad (438) bin Sam (600) bin Nuh ‘alaihissalam (1780). Usia Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas.

Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ishaq bin Bisyr Al-Kahili, penulis buku “Al-Mubtada”, menyatakan bahwa ibu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah Amilah. Sedangkan menurut Al-Kalbi, nama ibu beliau adalah Buna binti Karbeta bin Karsi, yang berasal dari Bani Arpakhsad bin Sam bin Nuh ‘alaihissalam.

Dalam Taurat disebutkan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilahirkan ketika Terah berusia 75 tahun. Beliau juga mempunyai dua saudara kandung, Nahor dan Haran. Dari Haran inilah kemudian lahir Nabi Luth ‘alaihissalam. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam merupakan anak kedua dan dilahirkan di Kaldan (Babilonia).

Al-Hafizh Ibnu Asakir menyebutkan sebuah riwayat dari Hisyam bin Ammar, dari Walid, dari Said bin Abdil Aziz, dari Makhul, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilahirkan di Ghuta, Damaskus, di sebuah kota yang disebut Barzah, di sebuah gunung yang disebut Qasiun.” Setelah menyebutkan riwayat tersebut, Ibnu Asakir mengatakan, “Keterangan yang lebih benar adalah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilahirkan di Babilonia. Adapun alasan penisbatan tempat yang disebutkan pada riwayat tersebut kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah karena ia pernah berdoa di sana ketika ia datang untuk membantu Nabi Luth ‘alaihissalam.”


Masa awal Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Setelah dewasa, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menikah dengan Siti Sarah, sedangkan Nahor menikah dengan keponakannya, Milka binti Haran. Sarah yang ternyata mandul membuat Terah membawa anak dan menantunya itu, termasuk Nabi Luth ‘alaihissalam, keluar dari Kaldan menuju Kan’an. Ketika sampai di Harran, mereka menetap sementara di sana dan di Harran inilah Terah meninggal di usia 250 tahun.

Masyarakat negeri Harran adalah penyembah tujuh bintang. Mereka inilah yang pertama kali membangun Damaskus, dan mereka berkiblat ke arah kutub selatan dan menyembah tujuh bintang tersebut dengan berbagai macam ritual dan bacaan. Oleh karena itulah, di setiap pintu masuk kota Damaskus yang berjumlah tujuh buah saat itu, terdapat kuil untuk setiap bintang. Mereka juga menetapkan hari-hari raya untuk setiap bintang dan mewajibkan masyarakatnya untuk berkorban.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ditugaskan oleh Allah untuk menghilangkan kesesatan tersebut. Setelah benar-benar dewasa dan matang, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam diangkat menjadi khalilurrahman (kekasih kesayangan Allah).


Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dibakar

Selama masa hidupnya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melakukan tiga kebohongan, yang bisa dibaca di sini. Setelah melakukan kebohongan ke dua, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kemudian dibakar oleh kaumnya karena mereka tidak sanggup melawan argumentasi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Setelah kaumnya mengumpulkan banyak kayu bakar, mereka menumpuk kayu-kayu tersebut di lubang yang sangat besar, lalu membakarnya. Setelah itu mereka meletakkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di sebuah alat pelempar (manjaniq/sejenis katapel raksasa yang digunakan untuk melempar batu besar saat berperang). Tangan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam diikat dengan rantai besi ke atas bahunya, dan kemudian dililitkan ke seluruh tubuhnya. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak gentar dan hanya membisikkan kalimat “Laa ilaaha illa anta, subhaanaka rabbal alamiin, lakal-hamdu wa lakal-mulku, la syariika laka”, yang artinya “Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Mahasuci Engkau Tuhan semesta alam, hanya milik-Mu segala pujian, dan hanya milik-Mu segala kerajaan, tidak ada sekutu bagi-Mu”.

[PS: Manjaniq dibuat oleh seorang pria dari Akrad yang bernama Haizan. Dia adalah orang pertama yang membuat manjaniq. Karena hal ini, ia dihukum oleh Allah masuk ke perut Bumi. Dia akan berteriak-teriak dan meronta-ronta di dalam Bumi hingga Hari Kiamat nanti.]

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilemparkan ke dalam api, kalimat yang diucapkan Ibrahim ‘alaihissalam adalah “Hasbunallah wa ni’mal wakil”, yang artinya “Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung”.

[PS: Dalam Ali-Imran ayat 173-174, kalimat ini pun pernah diucapkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika beliau diberitahu bahwa orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang beliau. Namun ternyata ancaman itu malah menambah iman para pengikut Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Mereka menjawab ancaman itu dengan kalimat “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Setelah itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah subhaanahu wata’aala, tanpa ditimpa suatu bencana apapun.]

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam selamat dari lumatan api karena dilindungi oleh Allah. Perlindungan Allah pada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bisa dibaca di sini.

Dari kejadian pembakaran ini, maka muncullah perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang membunuh tokek. Tulisannya bisa dibaca di sini.


Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Raja Namrud

Kisah selanjutnya tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah ketika beliau sering berdebat dengan Raja Namrud dan selalu mengalahkan raja zhalim tersebut.

Dalam Al-Baqarah ayat 258, Allah berfirman:
Tidakkah kamu memerhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan”, dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan Matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.

Para ulama tafsir dan ulama sejarawan atau ahli biografi mengatakan bahwa raja yang dimaksud pada ayat tersebut adalah raja Babilonia yang bernama Namrud bin Kan’an bin Kosh bin Sam bin Nuh. Nama ini disebutkan oleh Mujahid. Sedangkan ulama lain menyebutkan bahwa namanya adalah Namrud bin Peleg bin Eber bin Selah bin Arpakhsad bin Sam bin Nuh.

Zaid bin Aslam menyatakan bahwa ada seorang raja yang mengajak Raja Namrud untuk beriman kepada Allah, namun ditolak. Setelah ditolak ketiga kalinya, raja tersebut menyuruh Namrud untuk bersiap-siap dan mengumpulkan semua pasukannya karena ia akan menyerang Namrud. Ketika pagi datang dan semua pasukan Namrud sudah bersiap-siap, datanglah bala tentara dari raja beriman tersebut. Ternyata, pasukannya berupa nyamuk. Bahkan, Mataharipun sampai tidak terlihat karena banyaknya nyamuk yang menyerang. Yang tersisa dari pasukan Namrud hanyalah tulang-belulang yang bergeletakan. Salah satu nyamuk mendatangi Namrud yang berada di istananya karena tidak ikut berperang. Nyamuk tersebut masuk ke hidung sang raja dan diam di sana selama 400 tahun. Selama 400 tahun itu, Raja Namrud selalu memukuli kepalanya dengan tongkat yang terbuat dari besi untuk mengusir nyamuk itu, hingga ia akhirnya binasa oleh seekor nyamuk kecil. Wallahu’alam.


Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di Mesir

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kemudian berhijrah ke Mesir. Di negeri inilah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melakukan kebohongan ke tiga. Bisa dibaca di link tentang kebohongan Nabi Ibrahim 'alaihissalam di atas.

Sarah kemudian dibawa menghadap firaun zhalim tersebut. Tiap kali raja tersebut ingin menjamah Sarah, ia selalu terjatuh dan kakinya bergetar. Setelah sekian seringnya mengalami hal yang sama, raja tersebut berkata pada ajudannya, “Wanita yang kalian bawa kepadaku ini adalah setan. Kembalikan wanita ini pada Ibrahim dan berikan Hajar untuknya.”


Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kembali ke Baitul Maqdis

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Luth ‘alaihissalam, Siti Sarah, dan Siti Hajar (orang Qibti penduduk asli Mesir) meninggalkan Mesir dan menuju negeri Tayamun di wilayah Baitul Maqdis. Mereka membawa serta hewan-hewan ternak, harta, dan hamba sahaya. Nabi Luth ‘alaihissalam kemudian diperintahkan pergi ke negeri Gaur yang lebih dikenal dengan sebutan Zoar. Ia kemudian menetap di kota Sadum, ibukota Zoar. Penduduk Sadum adalah kafir dan pendosa.

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Ismail ‘alaihissalam mendirikan Ka’bah untuk penduduk Bumi, ia mencocokannya dengan benar agar setiap letak, posisi, dan tempatnya sesuai dengan rumah-rumah ibadah yang ada di langit, terutama dengan Baitul Makmur yang menjadi Ka’bah bagi penduduk langit ke tujuh. Baitul Makmur merupakan tempat 70.000 malaikat beribadah, dan mereka tidak akan keluar lagi hingga hari kiamat nanti. Bait Makmur merupakan bangunan yang berada di langit ke tujuh tempat para malaikat melakukan tawaf. Jika Bait Makmur ini jatuh ke Bumi, maka akan terjatuh tepat di atas Ka’bah.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa wajah beliau mirip dengan wajah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Haditsnya bisa dibaca di sini.


Serba pertama dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Muhammad bin Ismail Al-Hassani Al-Wasithi meriwayatkan, dari Abu Muawiyah, dari Yahya bin Said, dari Said bin Musayib, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi Ibrahim adalah orang pertama yang mengenakan celana, orang pertama yang menyisir rambutnya, orang pertama yang mencukur rambut di atas kemaluannya, dan orang pertama yang berkhitan. Ketika itu (dikhitan), ia berusia 120 tahun dan hidup setelahnya selama 80 tahun. Ia mengkhitan dirinya dengan qadum (sejenis kapak). Ia juga orang pertama yang menjamu tamu, dan juga orang pertama yang beruban.”

Namun, usia Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ini berbeda dengan yang terdapat pada hadits.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Qutaibah bin Said, dari Mughirah bin Abdirrahman Al-Qurasyi, dari Abu Az-Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Usia Nabi Ibrahim ketika dikhitan telah mencapai 80 tahun, ia dikhitan dengan menggunakan qadum.”


Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang senang menerima tamu

Ubaid bin Umar meriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah orang yang senang menerima tamu. Bahkan ketika suatu hari ia tidak kedatangan tamu, ia memutuskan untuk keluar rumah dan mencari tamu yang dapat mengunjunginya. Namun ia tetap tidak mendapatkannya. Setelah pulang, ternyata di rumahnya sudah ada lelaki tegap yang bertamu.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bertanya, “Wahai hamba Allah, mengapa kamu memasuki rumahku tanpa seizinku?”
Tamu itu menjawab, “Aku masuk ke rumah ini atas seizin tuan (atau Allah) pemiliknya.”
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bertanya lagi, “Siapakah anda sebenarnya?”
Tamu itu menjawab, “Aku adalah malaikat maut. Aku diutus oleh Tuhanku pada salah satu hamba-Nya untuk mengabarkan padanya bahwa ia dipilih oleh Allah sebagai kesayangan-Nya.”

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam semakin bingung dan bertanya, “Siapakah hamba yang engkau maksud? Demi Allah, jika engkau  memberitahukan siapa orang itu dan ia tinggal jauh dari sini, aku akan tetap menemuinya, dan aku akan selalu membuntutinya ke manapun ia pergi hingga maut memisahkan.”
Malaikat maut menjawab, “Hamba itu adalah engkau sendiri.”

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam terkejut dan memastikan, “Benar-benar aku?”
Malaikat maut menjawab, “Ya, benar.”
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bertanya, “Apakah alasan Tuhanku hingga membuat aku istimewa seperti itu?”
Malaikat maut menjawab, “Karena engkau pandai memberi dan tak pernah meminta.”
[HR Ibnu Hatim]


Usia Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Ahlul al-kitab menyatakan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sakit terlebih dahulu sebelum meninggal. Beliau meninggal di usia 175 tahun. Ada juga yang mengatakan 170 tahun. Menurut riwayat dari Ibnu Al-Kalbi, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berusia 200 tahun.

Setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam wafat, beliau dikebumikan di gua yang sama dengan tempat dikebumikannya Siti Sarah, di tanah bekas milik Efron di daerah Hebron. Beliau dimakamkan oleh kedua anaknya, Ismail dan Ishaq.


Putra-putra Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Anak pertama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah Ismail, yang dilahirkan oleh Hajar Al-Qibtiyah Al-Misriyah. Kemudian Sarah melahirkan Ishaq. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang kemudian menikahi Kentura binti Yekton Al-Kan’aniyah dianugerahi enam anak, yakni Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak, dan Suah. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kemudian menikahi Hajun binti Amin, dan dianugerahi Kisan, Suraj, Amim, Luthan, dan Nafis. Begitulah yang disebutkan oleh Abul Qasim As-Suhaili dalam kitab “At-Ta’rif wa Al-I’lam”.

Nabi Ishaq ‘alaihissalam nantinya memiliki putra bernama Ya’qub ‘alaihissalam. Dan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam memiliki 12 putra, yang nantinya menjadi cikal bakal Bani Israil. Nama lain Nabi Ya’qub ‘alaihissalam sendiri adalah Israel.


Thanks for reading  ^_^

Sumber:
buku Qashash Al-Anbiyaa’, 2002, karya Ibnu Katsir


PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar