بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Terkadang, banyak orang non-Muslim yang mengganggu keimanan kaum Muslim
dengan bertanya:
“Mengapa
Al-Quran sering menggunakan kata ‘KAMI’ untuk ALLAH?”
“Bukankah ‘kami’
bermakna banyak?”
“Apa itu berarti
Al-Quran pun mengakui bahwa ada lebih dari 1 ALLAH?”
Mungkin, kaum Muslim pun ada yang bertanya-tanya kenapa ada kata “KAMI”
di dalam Al-Quran yang mengacu kepada ALLAH Ta’âla. Dalam Bahasa Indonesia,
kata “kami” memang digunakan untuk bentuk jamak. Tapi, penggunaan kata “KAMI”
dalam Al-Quran sama sekali tidak menunjukkan bahwa ada lebih dari 1 ALLAH
Ta’âla. ALLAH hanya ada satu, Lâ Ilâha
Illallâh.
1. Kata “KAMI” bermakna penghormatan
Bahasa Arab termasuk salah satu bahasa tersulit di dunia. Hal ini karena
satu kata Bahasa Arab bisa memiliki banyak makna. Sebagai contoh, suatu gender
yang dalam suatu daerah bermakna pria, tapi di daerah lain bisa bermakna wanita.
Dalam Bahasa Arab, dhamir “NAHNU”
adalah bentuk jamak yang berarti “kita” atau “kami”. Namun dalam ilmu nahwu sharaf (tata Bahasa Arab),
maknanya tak cuma “kami”, tapi juga “aku”, “saya”, dan lainnya. Bukti bahwa
“KAMI” bukan bermakna jamak adalah bangsa Muslim Arab menyembah ALLAH saja,
karena mereka memang memahami tata bahasa bahasa mereka sendiri.
Dalam Bahasa Arab, banyak istilah dan kata yang tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya, apalagi bahasa
Al-Quran penuh dengan nilai sastra tingkat tinggi. Contoh kata lain adalah
“antum”, yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara yang meski hanya satu
orang. Padahal, kata “antum” bermakna “kalian” (bentuk jamak). Namun secara
rasa bahasa, penggunaan kata “antum” memberikan kesan sopan dan ramah serta
penghormatan dibandingkan dengan sapaan “anta” (bentuk tunggalnya).
Kata “NAHNU” tidak harus bermakna banyak, tapi menunjukkan keagungan
ALLAH Ta’âla. Dalam Bahasa Indonesiapun, ada orang yang sering menggunakan kata
“kami” padahal itu mengacu kepada dirinya sendiri.
Dalam Al-Quran, ada satu contoh kata lain yang kalau kita
maknai secara harfiah akan berbeda dengan makna sebenarnya. Kata tersebut
adalah “ummat”. Biasanya kita memahami kata “ummat” bermakna sekumpulan orang.
Kata ini menunjukkan orang banyak. Namun, dalam Surat An-Nahl ayat 120, ALLAH
Ta’âla menyebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan “ummat”, padahal beliau hanya
sendirian saja:
“Sesungguhnya Ibrahim adalah ‘ummatan’ yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada ALLAH dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (ALLAH).”
[Hanif
adalah seseorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah
meninggalkannya.]
Dalam nahwu sharaf, terdapat kata ganti
pertama tunggal (anâ), dan ada kata
ganti pertama jamak (nahnu). Namun,
kata ganti pertama jamak dapat, dan sering, difungsikan sebagai bentuk tunggal.
Hal ini disebut al-mutakallim
al-mu’adzdzim li nafsihi, yakni kata ganti pertama yang mengagungkan
dirinya sendiri.
Permasalahan
muncul ketika Al-Quran yang berbahasa Arab diterjemahkan ke bahasa lain,
termasuk Bahasa Indonesia, yang tidak mempunyai al-mutakallim al-mu’adzdzim li nafsihi. Hal inilah yang harus
dipahami.
2.
Kata
“KAMI” mengindikasikan ada peran makhluk lain seizin ALLAH Ta’âla
Salah satu penggunaan
kata “KAMI” dalam Al-Quran terdapat pada Surat Al-Hijr ayat 66:
“Dan telah KAMI wahyukan
kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu
subuh.”
“KAMI wahyukan” menandakan ada peran makhluk lain,
yaitu Malaikat Jibril, sebagai pembawa perintah ALLAH Ta’âla.
Dalam Surat Thâhâ ayat 11-16, ALLAH Ta’âla
menggunakan kata “AKU”:
“11) Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia
dipanggil: ‘Hai Musa.
12) Sesungguhnya AKU inilah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci,
Thuwa.
13) Dan AKU telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa
yang akan diwahyukan (kepadamu).
14) Sesungguhnya AKU ini adalah ALLAH, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah shalat untuk
mengingat AKU.
15) Segungguhnya Hari Kiamat itu akan datang AKU
merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia
usahakan.
16) Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa’.”
Pada ayat-ayat di atas, kata “AKU” digunakan karena
ALLAH Ta’âla sendiri berfirman secara langsung kepada Nabi Musa ‘alaihissalam
tanpa perantara Malaikat Jibril.
Pengunaan kata “AKU” dan “KAMI” yang bersamaan
terdapat pada Surat Al-Anbiyâ’ ayat 25:
“Dan KAMI tidak mengutus seorang
rasulpun sebelum kamu melainkan KAMI wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan AKU, maka sembahlah olehmu sekalian akan AKU.’”
Kata “KAMI”
digunakan ketika ALLAH Ta’âla mewahyukan dengan perantara Malaikat Jibril, dan
kata “AKU” digunakan ketika ALLAH Ta’âla memerintahkan untuk menyembah-NYA
saja.
Dalam
Surat Al-Mu’minûn, ALLAH Ta’âla juga berfirman:
“Lalu KAMI wahyukan kepadanya:
‘Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk KAMI. Maka apabila perintah
KAMI telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke bahtera
itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang
telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan
janganlah kamu bicarakan dengan AKU tentang orang-orang yang dhalim, karena
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.’”
[Tanur ialah semacam alat pemasak roti yang
diletakkan di dalam tanah dan terbuat dari tanah liat. Biasanya memang tidak
ada air di dalamnya. Terpancarnya air di dalam tanur menjadi tanda bahwa banjir
besar akan melanda negeri itu.]
Pada ayat
tersebut, kata “KAMI” digunakan ketika mewahyukan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam
dengan perantara Malaikat Jibril, dan kata “AKU” digunakan ketika tidak ada
malaikat.
3.
Penggunaan
kata “KAMI” juga ada di kitab terdahulu
Bahasa
Arab memiliki cukup banyak persamaan dengan Bahasa Ibrani, bahasa Bani Israil.
Dalam Kitab Taurat (Perjanjian Lama) sekarangpun, dalam bahasa aslinya kata
yang digunakan adalah “KAMI”. Dalam Kitab Kejadian 1:1, “Pada mulanya ALLAH
menciptakan Langit dan Bumi.” Namun, dalam Bahasa Ibrani-nya, kata yang
digunakan adalah “KAMI”.
Thanks for reading ^_^
Sumber:
P.S.
Silakan kalau mau copy-paste,
dan mohon sertakan link-back ke blog
ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar