بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Imam Ibnu al-Qayyim pernah
mengemukakan tentang adanya beberapa teks Taurat yang beredar pada masa
hidupnya (sekitar 751 Hijrah), yang disembunyikan dari kitab-kitab suci mereka
yang sekarang. Beliau menyebutkan bahwa ALLAH berfirman:
Akan AKU datangkan kepada Bani Israel
seorang nabi dari saudaramu yang seperti kamu, yang AKU jadikan firman-KU pada
mulutnya. Ia mengatakan kepada mereka apa yang AKU perintahkan kepadanya, dan barangsiapa
tidak mau menerima perkataan nabi yang mengatasnamakan diri-KU itu, niscaya AKU
akan menyiksanya berikut anak keturunannya.
Oleh karena nas ini beredar di
tangan orang-orang Yahudi Jazirah Arab dan para pendahulu mereka hingga akhir
abad 9 Hijrah, Imam Ibnu al-Qayyim pun berusaha keras menganalisis mengapa kaum
Yahudi menolak ayat tersebut dan kemudian mengubah makna-maknanya. Beliau mengatakan:
“Nas ini tidak mungkin ditolak atau diingkari oleh
siapapun di antara mereka (orang-orang Yahudi). Akan tetapi, di kalangan Ahlul
al-Kitab terdapat empat cara menafsirkannya. Salah satunya membawa kemungkinan
artinya pada al-Masih. Inilah metode orang-orang Nashrani. Sementara itu,
orang-orang Yahudi mempunyai tiga metode.
Pertama, dalam nas itu dilakukan
pembuangan tanda tanya yang – bila diperkirakan – akan berbunyi: ‘Akankah AKU akan datangkan kepada Bani Israel
seorang nabi dari saudara-saudaramu.’ Dengan demikian, pengertiannya akan
menjadi: ‘Tidak mungkin AKU lakukan hal itu.’ Dengan demikian, kalimat tersebut
merupakan kalimat tanya yang mengandung makna penolakan (istifhām inkāri), yang tanda tanyanya dibuang dari kalimat
tersebut.
Ke dua, kalimat itu merupakan
informasi dan janji, tapi yang dimaksud dengan nabi di situ adalah Samuel yang
juga seorang nabi dari kalangan Bani Israel. Nubuat disampaikan dengan kalimat,
‘Seorang nabi dari saudara-saudaramu’, yakni dari kaum mereka sendiri.
Ke tiga, yang dimaksud dengan nabi di
situ adalah seorang nabi yang diutus ALLAH di Akhir Zaman, yang akan menegakkan
kerajaan Yahudi dan membuat martabat mereka terangkat, yang hingga kini masih
mereka tunggu-tunggu kedatangannya.”
Sementra itu, kaum Muslim
berpendapat bahwa nabi dalam nas tersebut adalah seorang nabi yang berasal dari
Arab, Muhammad bin Abdullah, dan tidak mungkin nabi yang lain. Alasan logisnya,
dalam nas tersebut disebutkan bahwa ia adalah seorang nabi dari saudara-saudara
Bani Israel, dan bukan dari kalangan Bani Israel. Dan tidak mungkin juga Isa ‘alaihissalam,
atau al-Masih, karena beliau termasuk Bani Israel. Jika yang dimaksud dalam
ayat tersebut adalah al-Masih, maka kalimatnya akan berbunyi, “Akan Kudatangkan
seorang nabi dari kalangan kalian sendiri”, seperti firman ALLAH dalam Al-Quran
berikut ini:
Sesungguhnya ALLAH telah memberi
karunia kepada orang-orang Mukmin ketika DIA mengutus seorang rasul dari
golongan mereka sendiri ……… [Ali Imran: 164]
Lantas, apa yang dimaksud dengan
“saudara-saudara Bani Israel”? Jawabannya, tak lain dan tak bukan adalah Bani
Ismail. Israel adalah nama lain Nabi Ya’qub ‘alaihissalam (cucu Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam). Nama ini kemudian mereka jadikan nisbat untuk keturunannya.
Dan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam adalah keturunan Nabi Ismail ‘alaihissalam.
Sangat tidak masuk akal dalam bahasa umat manapun bila dikatakan bahwa
saudara-saudara Bani Israel adalah Bani Israel itu sendiri, seperti halnya kalimat
“saudara-saudara Zaid”, yang tentunya Zaid tidak termasuk di dalamnya.
Dalam nas itu juga disebutkan
bahwa ia adalah “seorang nabi yang sepertimu”, yang berarti nabi yang memiliki
syariat universal seperti Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi tersebut bukanlah
Samuel ‘alaihissalam, karena Nabi Samuel ‘alaihissalam berasal dari Bani
Israel. Samuel ‘alahissalam juga tidak seperti Musa ‘alaihissalam karena Taurat
memang tidak pernah menyebutkan bahwa ALLAH pernah mengutus nabi yang seperti
Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi tersebutpun bukanlah Yusa ‘alaihissalam, karena
beliau hidup di zaman Nabi Musa ‘alaihissalam. Dalam ayat tersebut dikatakan
bahwa nabi yang akan diutus adalah nabi sesudah Musa ‘alaihissalam. Nabi Harun ‘alaihissalam
juga bukanlah nabi tersebut. Apalagi, beliau wafat sebelum Nabi Musa ‘alaihissalam.
ALLAH mengangkat Harun ‘alaihissalam sebagai nabi semasa hidup Nabi Musa ‘alaihissalam
(Harun ‘alaihissalam adalah adik Musa ‘alaihissalam).
Dalam ayat tersebut juga
disebutkan bahwa kepada nabi tersebut diturunkan Kitab Suci yang sampai kepada
manusia melalui mulutnya. Hal ini jelas tidak mungkin diartikan sebagai nabi
lain sesudah Nabi Musa ‘alaihissalam selain Rasulullah shallallāhu ‘alaihi
wasallam. Dan hal ini jugalah yang merupakan salah satu tanda kenabian beliau
seperti yang diberitahukan oleh nabi-nabi terdahulu. ALLAH berfirman:
Dan sesungguhnya ia (firman
ALLAH itu) benar-benar diturunkan dari sisi Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun
oleh Ruh al-Amin (Malaikat Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
termasuk orang-orang yang memberi peringatan, dengan Bahasa Arab yang jelas. Dan
sesungguhnya ia (firman ALLAH itu) benar-benar tersebut dalam kitab-kitab
orang-orang terdahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa
para ulama Bani Israil mengetahuinya? [Asy-Syu’arā: 192-197]
Kaum Nashrani berpendapat bahwa Isa
adalah tuhan yang harus disembah sehingga ia terlalu mulia untuk dimasukkan
sebagai kalangan “saudara-saudara Bani Israel”, sehingga nabi dalam nas
tersebut pastilah al-Masih. Namun, kalau mereka memang menganggap bahwa Isa
adalah tuhan, tentu saja hal ini menjadi kontradiktif. Dalam nas tersebut
disebutkan bahwa nabi tersebut adalah utusan ALLAH, yakni seorang makhluk yang
diutus ALLAH dan berasal dari kalangan manusia dari saudara Bani Israel. Dengan
demikian, yang diyakini orang Nashrani (bahwa nabi tersebut adalah Isa) tidak
masuk di akal.
Ayat yang dikutip oleh Imam Ibnu
al-Qayyim itu sudah tidak ditemukan lagi dalam Taurat yang sekarang.
Wallāhu a’lam.
Sumber:
Buku “Menyongsong Imam Mahdi: Sang
Penakluk Dajjal”, 2009 (cetakan IV), karya Muhammad Isa Dawud
PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun mohon sertakan link-back ke blog ini.
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar