بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Sekarang ini, jika mendengar nama Isra-el, atau
Israil, kita sebagai umat Islam merasa tidak nyaman dan merasa bahwa mereka
adalah bangsa yang jahat. Ingatan kita juga akan tertuju pada Palestina, yang
selalu diserang dan dijajah oleh negara zionis tersebut. Isra-el juga sering
dikait-kaitkan dengan berbagai konspirasi busuk dan jahat dalam banyak hal. Bangsa
yang juga disebut bangsa Yahudi ini menganggap mereka adalah ras paling unggul
di Bumi. Kata “isra-el” sebenarnya mempunyai makna yang sangat mulia, yang makna
mulianya ini kemudian dinodai dan diselewengkan oleh bangsa Yahudi sehingga
sekarang mereka sering diidentikkan dengan penjahat perang dan konspirator,
meski tidak bisa dipungkiri mereka adalah kaum yang cerdas dan jenius.
Asal usul nama Isra-el
Akibat perselisihan dengan saudara kembarnya, Esau,
Nabi Ya’qub alaihissalam diperintahkan untuk pergi ke negeri Harran oleh
ayahnya, Nabi Ishaq alaihissalam, untuk menemui pamannya. Ketika Ya’qub
alaihissalam sedang dalam perjalanan, beliau mencari tempat untuk tidur saat
hari semakin gelap. Beliau mengambil sebuah batu untuk dijadikan alas kepala. Beliaupun
tertidur.
Dalam tidurnya, Ya’qub alaihissalam bermimpi melihat
tangga yang sangat tinggi hingga menembus langit. Tangga tersebut adalah tangga
yang digunakan para malaikat untuk naik ke langit dan turun dari langit. Ya’qub
alaihissalam tiba-tiba mendengar sumber cahaya yang berkata, “Aku akan
memberkati dirimu dan memperbanyak keturunanmu. Aku juga akan menjadikan tanah
yang kamu pijak itu sebagai tanahmu dan tanah keturunanmu.”
Ketika terbangun, Nabi Ya’qub alaihissalam gembira
dengan kabar yang baru diterimanya. Beliau kemudian bernazar, jika telah
kembali kepada keluarganya dengan selamat, beliau akan membangun sebuah rumah
penyembahan, dan juga berjanji akan menyisihkan sepersepuluh dari setiap rezeki
yang didapatkannya.
Ya’qub alaihissalam kemudian mengambil batu alas
tidurnya dan memolesinya dengan minyak sebagai penanda tempat tersebut. Tempat inilah
yang di kemudian hari dinamakan Bethel, atau Bait Ell, yang dalam Bahasa Arab
berarti “Baitullah” (Rumah ALLAH). Bethel inilah yang sekarang menjadi tempat
Baitul Maqdis dan dibangun pertama kali oleh Nabi Ya’qub alaihissalam.
Waktu panjang pun berlalu. Di suatu malam saat Nabi
Ya’qub alaihissalam beserta keluarga dan ternaknya dalam perjalanan pulang ke
negeri ayahnya, beliau didatangi malaikat yang mengubah diri menjadi manusia. Tidak
senang dengan kedatangannya, Ya’qub alaihissalam yang tidak mengetahui
penyamaran malaikat itu pun mengajaknya berkelahi. Mereka berdua pun berkelahi.
Perkelahian itu sebenarnya lebih dikuasai oleh Ya’qub alaihissalam, namun pada
akhirnya sang malaikat berhasil melukai sendi pangkal paha beliau hingga
akhirnya beliau jatuh tersungkur.
Ketika fajar menyingsing, sang malaikat bertanya pada
Nabi Ya’qub alaihissalam, “Siapa namamu?”
Ya’qub alaihissalam menjawab, “Namaku Ya’qub.”
Malaikat melanjutkan, “Mulai hari ini tidak boleh ada
nama lain yang menjadi panggilanmu kecuali Isra-el.”
Dengan wajah masih kebingungan, Nabi Ya’qub
alaihissalam bertanya, “Memangnya kamu siapa? Dan siapa namamu?”
Namun, bukannya menjawab, malaikat tersebut malah
pergi dari hadapan beliau. Beliau pun mulai memahami bahwa orang yang berkelahi
dengannya itu adalah malaikat.
Setelah itu Nabi Ya’qub alaihissalam berdiri dengan
luka di sendi pangkal pahanya. Dari kejadian inilah mengapa Bani Israil sampai
sekarang tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha.
Nama “isra-el” bermakna “hamba/yang dekat dengan
ALLAH”. “EL” adalah nama lain ALLAH dalam Bahasa Ibrani, dan “isra” bermakna “hamba/yang
dekat”. Namun, ada juga yang menganggap bahwa nama tersebut berarti “berjalan
di malam hari”, karena Nabi Ya’qub alaihissalam sering bepergian di malam hari.
Nama tersebut kemudian dijadikan nisbat untuk keturunannya, Bani Israil.
Ketika sampai di Desa Sikhem di wilayah Yerusalem,
Nabi Ya’qub alaihissalam menetap sementara di desa tersebut, setelah sebelumnya
juga beliau menetap sementara di wilayah Sukot. Beliau kemudian membeli
sebidang tanah milik Bani Hamud, Abi Sikhem, seharga 100 Kesita. Beliau mendirikan
tenda besar untuk ditinggali. Beliau juga membangun sebuah tempat ibadah yang
kemudian dinamakan “Bethel”, yang berarti “Rumah ALLAH”. Beliau membangun
tempat itu atas perintah ALLAH untuk mengumumkan dan menyebarkan agama di
tempat itu. Di kemudian hari, tempat tersebut dinamakan Baitul Maqdis, tempat
yang dinamakan Masjid Elia oleh ahlul alkitab, tempat yang sebelumnya Ya’qub
alaihissalam meletakkan batu penanda, tempat yang nantinya dibangun kembali
oleh Nabi Sulaiman alaihissalam bin Dawud alaihissalam. Nabi Ya’qub
alaihissalam mendirikan Masjidil Aqsa setelah Nabi Ibrahim alaihissalam dan
Nabi Ismail alaihissalam mendirikan Masjidil Haram.
Masjidil Haram |
Masjidil Aqsa |
Nabi Ya’qub alaihissalam mempunyai 12 putra, yaitu Ruben, Simeon, Lewi (garis keturunan Nabi Musa, Harun, dan
Ilyas alaihissalam), Yehuda (garis keturunan Nabi Dawud, Sulaiman, Zakaria,
Yahya, dan Isa alaihissalam), Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf
alaihissalam (garis keturunan Nabi Ilyasa alaihissalam), dan Benyamin. Bangsa Yahudi
merupakan keturunan 12 putra Nabi Ya’qub alaihissalam tersebut.
Thanks for reading
^_^
Sumber:
buku Qashash
Al-Anbiyaa’, 2002, karya Ibnu Katsir
PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan
mohon sertakan link-back ke blog ini.
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar