بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
1. Wahyu
datang melalui mimpi yang hakiki. Ini merupakan permulaan wahyu yang turun
kepada Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam.
2. Wahyu
disusupkan ke jiwa dan hati beliau, tanpa dilihat beliau, sebagaimana beliau
bersabda, “Sesungguhnya Ruhul-Qudus menghembuskan ke dalam diriku, bahwa suatu
jiwa sama sekali tidak akan mati hingga disempurnakan rezekinya. Maka
bertaqwalah kepada ALLAH, baguskan dalam meminta, dan janganlah kalian
menganggap lamban datangnya rezeki, sehingga kalian mencarinya dengan cara
mendurhakai ALLAH, karena apa yang ada di sisi ALLAH tidak akan bisa diperoleh
kecuali dengan menaati-NYA.”
3. Wahyu
disampaikan oleh malaikat yang muncul di hadapan Rasulullah shollallaahu
‘alaihi wasallam dalam rupa seorang laki-laki, lalu berbicara dengan beliau
hingga beliau bisa menangkap langsung apa yang dibicarakannya. Dalam tingkatan
ini, terkadang para Shahabat juga bisa melihatnya.
4. Wahyu
datang menyerupai bunyi gemerincing lonceng. Tingkatan ini merupakan wahyu yang
paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Rasulullah shollallaahu
‘alaihi wasallam, hingga dahi beliau berkerut berkeringat meski udara sangat
dingin, dan hingga hewan tunggangan beliau menderum ke tanah jika beliau sedang
menaikinya. Wahyu seperti ini pernah datang ketika paha beliau berada di atas
Zaid bin Tsabit, dan Zaid kemudian merasa keberatan dan hampir saja tidak kuat
menyangga beliau.
5. Rasulullah
shollallaahu ‘alaihi wasallam bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, yang
kemudian menyampaikan wahyu pada beliau. Wahyu seperti ini pernah datang dua
kali, sebagaimana yang disampaikan oleh ALLAH pada Suroh An-Najm.
6. Wahyu
disampaikan oleh ALLAH di atas lapisan-lapisan langit pada malam Mi’raj, berisi
kewajiban sholat dan lain-lainnya.
7. ALLAH
berfirman secara langsung kepada Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam tanpa
perantara, seperti halnya ALLAH berfirman kepada Musa ‘alaihissalam. Wahyu
semacam ini pasti berlaku bagi Musa ‘alaihissalam berdasarkan Al-Quran dan
menurut penuturan beliau dalam hadits tentang Isra’.
8. ALLAH
berfirman secara langsung di hadapan Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam
tanpa tabir apapun. Namun, hal ini dipertentangkan oleh ulama salaf dan khalaf.
Tingkatan ini merupakan pendapat yang tidak kuat.
Sumber:
Buku Ar-Rohiqul Makhtum, Bahtsun fis-Siroh
an-Nabawiyah ala Shohibina Afdholish Sholati was-Salam (Siroh Nabawiyah),
karya Syaikh Shofiyyurrohman al-Mubarokfuri, 2013.
PS:
Silakan kalau mau copy-paste,
namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back
ke blog ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar