Rabu, 28 Agustus 2013

FELIX SIAUW, MASUK ISLAM SETELAH MENCARI-CARI MAKNA KEHIDUPAN

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم


“Jika kamu masih mempunyai banyak pertanyaan, maka kamu belum dikatakan beriman. Iman adalah percaya apa adanya, tanpa reserve.”

Itulah kira-kira pernyataan yang akan selalu diingat oleh seorang Felix Siauw. Ketika itu, dia masih berusia 12 tahun dan seorang penganut Kristen Katholik, dan mempunyai banyak sekali pertanyaan. Di antara semua pertanyaan itu, terdapat tiga pertanyaan paling utama: Dari mana asal kehidupan ini; Untuk apa ada kehidupan ini; dan Akan seperti apa akhir kehidupan ini.

Dari tiga pertanyaan utama tersebut muncullah beberapa pertanyaan turunan seperti:
Mengapa Tuhan pencipta kehidupan ini ada tiga; Tuhan Bapa, Tuhan Putra, dan Roh Kudus?
Darimana asal Tuhan Bapa?
Mengapa Tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati, lalu bangkit lagi?


Mencari Jawaban di Alkitab

Semua jawaban pertanyaan itu selalu Felix dapatkan mengambang dan tidak memuaskan. Ketidakpuasan tersebut kemudian mendorongnya untuk mencari jawaban sendiri di Alkitab, kitab yang dia yakini datang dari Tuhan, yang dia pikir bisa memberikan jawaban. Sejak itu, dia mulai mempelajari isi Alkitab yang belasan tahun tidak pernah dia buka secara sadar dan sengaja.

Setelah sedikit berusaha memahami dan mendalami Alkitab, Felix terkejut karena baru mengetahui bahwa 14 dari 27 surat dari Injil Perjanjian Baru ternyata ditulis oleh manusia, yaitu Santo Paulus. Dia hampir tidak percaya karena lebih dari setengah isi kitab yang dia yakini kitab Tuhan ditulis oleh manusia. Dia lebih terkejut lagi ketika mengetahui bahwa sisa kitab yang lainnya pun merupakan tulisan tangan manusia setelah wafatnya Yesus. Kesimpulan Felix, Yesus sendiripun tidak mengetahui apa isi Injilnya.

Felixpun kemudian mengetahui bahwa konsep Trinitas yang menyatakan Tuhan itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga (Bapa, Anak/Putra, dan Roh Kudus), yang merupakan inti ajaran Kristen, ternyata merupakan hasil kongres di Kota Nicea pada 325 Masehi. Felix juga menemukan sangat sedikit keterangan yang diberikan dalam Alkitab tentang kehidupan setelah mati, Hari Kiamat, dan asal usul manusia.

Setelah proses pencarian tersebut, Felix akhirnya memutuskan bahwa agama yang dia anut tidaklah pantas untuk dipertahankan atau diseriusi, karena tidak memberinya jawaban atas semua pertanyaan mendasar, dan juga tidak memberikan pedoman dan solusi dalam menjalani hidup.


Hidup Tidak Beragama

Sejak saat itu, Felix memutuskan untuk menjadi orang yang tidak beragama, namun tetap percaya pada Tuhan. Dia berkesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang benar karena sudah diselewengkan oleh para penganutnya seiring berjalannya waktu. Dia menganggap semua agama sama, tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Dia juga beranggapan bahwa Tuhan seperti halnya Matahari, dan para Nabi-Nya dengan agamanya masing-masing adalah Bulan yang memantulkan cahaya Matahari, dan pemantulan itu tidak ada yang sempurna sehingga agamapun tidak ada yang sempurna. Tanpa sadar, dia telah masuk ke ideologi sekuler. Dia kemudian menjadi orang yang sinkretis dan pluralis.


Mengenal Islam

Lima tahun kemudian, semua pandangan Felix Siauw tentang konsep agama berubah dan runtuh sama sekali  ketika dia berkuliah di salah satu PTN. Dia bertemu dengan seorang ustadz muda, aktivis gerakan dakwah Islam internasional, dan juga mulai mengenal Al-Quran. Diskusi dengan sang ustadz bermula dari perdebatannya dengan seorang teman mengenai kebenaran. Sang teman berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam Al-Quran, sedangkan Felix sendiri belum mendapatkan kebenaran. Dia kemudian dipertemukan dengan sang ustadz untuk berdiskusi lebih lanjut.

Kepada sang ustadz, Felix bercerita tentang pengalaman hidupnya termasuk tiga pertanyaan paling mendasar tadi. Mereka lalu berdiskusi dan bersepakat bahwa Tuhan itu ada dan Dia merupakan Pencipta alam semesta.

Felix kemudian bertanya, “Saya yakin Tuhan itu ada, dan saya berasal dari-Nya, tapi masalahnya ada lima agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?”
Sang ustadz menjawab, “Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja. Begitupun manusia. Masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan bisa membuktikan diri bahwa ia datang dari Sang Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa.”

Sang ustadz lalu membacakan suatu ayat Al-Quran:


Membaca ayat tersebut, Felix terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna kitab tersebut. Dia berpikir mengapa penulis kitab ini berani menuliskan seperti itu. Seolah membaca pikirannya, sang ustadz kemudian melanjutkan, “Kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, (yang merupakan) ciptaan yang terbatas, melainkan Pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan Al-Quran menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya.”


Ketika itu, pikiran Felix membeku dan bergejolak seperti jerami kering yang terbakar api. Dalam hati dia berkata, “Mungkin inilah kebenaran yang selama ini saya cari.” Namun, saat itu masih ada keraguan dalam hatinya, dan belum mau mengakui bahwa Al-Quran adalah suatu kitab yang sangat istimewa yang tidak bisa didatangkan oleh siapapun.

Felix kemudian bertanya lagi.

Felix     : Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?

Dengan tersenyum dan penuh ketenangan sang ustadz menjawab.

Ustadz : Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka.
Felix     : Jadi maksud ustadz, Muslim yang sekarang tidak atau belum menerapkan Islam secara sempurna?
Ustadz : Ya, itulah kenyataan yang bisa anda lihat.

Felix Siauw kemudian dijelaskan panjang lebar mengenai perbedaan Islam dengan Muslim. Penjelasan tersebut dirasakannya sangat luar biasa sehingga memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah bekerja. Hal tersebut belum pernah dia dengar selama ini. Ketika itu dia sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam. Selama ini dia membenci Islam karena hanya melihat Muslimnya saja, bukan Islamnya. Dia hanya melihat sebagian dari Islam, tidak keseluruhan.


Terjawabnya Tiga Pertanyaan

Pada akhirnya, tiga pertanyaan paling utama yang selama ini menyelimuti Felix Siauw terjawab dengan sempurna. Dia kemudian yakin bahwa dia berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah ALLAH Ta’âla. Manusia hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-NYA karena itulah perintah-NYA yang tertulis dalam Al-Quran. Al-Quran dijamin datang dari ALLAH karena tidak ada seorangpun yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir, manusia akan kembali kepada ALLAH dan membawa perbuatan ibadah selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-NYA sesuai dengan aturan yang diturunkan oleh ALLAH.

Setelah merasa yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil pemikiran, Felix Siauw kemudian memutuskan: BAIK, KALAU BEGITU SAYA AKAN MASUK ISLAM.

Felix menyadari, keputusannya menjadi pemeluk Islam akan mendatangkan banyak sekali tantangan. Dia memiliki lingkungan yang tendensius terhadap Islam dan keputusannya tersebut tidak akan membuat mereka senang. Namun dia berpikir, apakah harus tetap mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan kebenaran yang dicari selama ini. Dia memastikan dengan tegas tidak sama sekali. Dia yakin bahwa ALLAH akan memberikan semuanya walaupun tantangan ada di depan mata.

Menjadi pemeluk Islam, Felix Siauw, atau yang kemudian mempunyai nama lain Muhammad al-Fatih, menemukan ketenangan sekaligus perjuangan. Ketenangan pada hati dan pikiran karena kebenaran Islam. Perjuangan karena banyak Muslim yang masih terpisah dengan Islam dan tidak mengetahui hakikat Islam seperti yang dia ketahui, kenikmatan Islam seperti yang dia nikmati, dan kebanggaan kepada Islam seperti yang dia miliki.


Thanks for reading  ^_^

Sumber:

P.S.

Silakan kalau mau copy-paste, dan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar