بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Kecepatan cahaya, yang merupakan kecepatan yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa
udara, ternyata sudah dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan
dengan sistem pergerakan Bumi-Bulan. Kecepatan cahaya dilambangkan dengan C,
dan nilai C adalah 299.792,5 km/detik yang biasa dibulatkan menjadi 300.000
km/detik.
Nilai C dalam ruang hampa udara terdiri dari beberapa
konstanta yang fundamental. Sejak zaman Yunani kuno hingga abad pertengahan,
kecepatan cahaya dianggap tak terbatas. Aristoteles yakin bahwa cahaya menyebar
secara instan. Pada abad 11, seorang ilmuwan Arab, Alhassan menyatakan bahwa
cahaya bergerak dengan kecepatan yang terbatas. Galileo Galilei pada 1600
mencoba mengukur kecepatan ini namun tidak berhasil. Roemer pada 1676 merupakan
orang pertama yang menghitung nilai C dengan memanfaatkan gerhana salah satu
satelit Jupiter, Io. Dia berhasil mendapatkan nilai 215.000 km/detik untuk
nilai C, karena pada saat itu diameter orbit Bumi belum diketahui dengan pasti.
Awal abad 17, berbagai penelitian menunjukkan bahwa
metode dan teknik pengukuran nilai C sudah mengalami kemajuan. Nilai yang
dihitung oleh Froome dianggap nilai yang paling akurat hingga 1983 dipakainya
radiasi laser interferometer yang bisa menghitung nilai C dengan akurat.
Berdasarkan US
National Beraue of Standards, nilai C = 299.792,4574 + 0,0011 km/detik.
Berdasarkan British
National Physical Laboratory, nilai C = 299.792,4590 + 0,0008 km/detik.
Pada Oktober 1983 dalam 17th General Conference on Measures and Weights, istilah “meter”
mendapat definisi baru, yaitu panjang lintasan yang dilalui oleh cahaya dalam
ruang hampa udara selama 1/299.792,458 detik. Dengan kata lain, kecepatan
cahaya dalam ruang hampa udara adalah 299.792,458 meter/detik.
Ketetapan nilai C setelah kesepakatan meter bukan
berarti akhir dari pengukuran konstanta C. Masih banyak pertanyaan mengenai
hubungan antara konstanta C dan relativitas.
Teori relativitas Einstein (1905) yang ke 2 berbunyi:
Kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara adalah sama
dalam semua kelembaman di semua arah dan tidak bergantung pada kecepatan sumber
atau kecepatan pengamat.
Pauli (1958) menyatakan bahwa data yang didapat dari
sistem bintang ganda memungkinkan kita bisa menganggap teori
ketetapan kecepatan cahaya ini akurat.
Berdasarkan teori umum relativitas Einstein (1917),
hukum ketetapan nilai C dalam ruang hampa udara tidak bisa dinyatakan
sepenuhnya benar karena lengkungan cahaya hanya bisa terjadi bila kecepatan
perambatan cahaya berubah-ubah bersama posisi. Einstein sendiri berhasil
memecahkan kontradiksi antara teori relativitas umum dan khusus ini yang
dituangkan dalam tulisannya (1917):
Hasil dari relativitas khusus hanya bertahan selama
kita mampu untuk tidak menghiraukan pengaruh medan gravitasi pada suatu fenomena.
Kini, teori ke dua dari relativitas khusus dianggap
benar karena ketetapan nilai C membutuhkan ruang hampa udara. Untuk bisa mengerti
ruang hampa udara dalam pemikiran Einstein, kita tidak hanya harus
menghilangkan volume ruang tiap atom, molekul dan partikel, tapi juga harus
menghilangkan medan gravitasi. Kita telah menyaring efek medan gravitasi
Matahari pada pergerakan orbit Bulan saat mengorbit Bumi, yang dalam hal ini,
berdasarkan persamaan dalam Al-Quran, sebagai sebuah referensi ukuran standar
untuk mengevaluasi kecepatan kosmik tercepat yang digambarkan dalam ayat-ayat
suci Al-Quran.
ORBIT BULAN DALAM AL-QURAN
Dalam Surat Yunus ayat 5, ALLAH berfirman:
DIA-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan
bercahaya dan ditetapkan-NYA manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
Bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Tahun Hijriyah terdiri dari 12 bulan, dan istilah
“bulan” yang menyangkut waktu adalah masa satu kali revolusi Bulan mengorbit
Bumi. Dalam Surat Al-Anbiyaa’ ayat 33, ALLAH berfirman:
Dan DIA-lah yang telah menciptakan malam dan siang,
Matahari dan Bulan. Masing-masing dari keduanya beredar dalam garis edarnya.
Dari ayat tersebut, fakta penting telah diungkap.
Fakta ilmiah dalam ayat tersebut adalah adanya orbit Bumi, Matahari dan Bulan.
Selain itu, tiga objek tersebut mempunyai orbit sendiri. Fakta yang baru
terungkap dalam science modern ini
sudah tercatat dalam Al-Quran yang diturunkan ratusan tahun sebelumnya.
Bumi dan Bulan bergerak bersama-sama. Bumi mengorbit
Matahari, dan Bulan mengorbit Bumi dan Matahari. Ketika Bulan mengorbit Bumi,
perubahan posisi relatif Bulan, Bumi dan Matahari menyebabkan Bulan mengalami
berbagai fase. Bulan pun mempunyai dua jenis periode orbit:
1. Periode sinodis, yaitu periode saat Bulan dan Bumi
bersama-sama mengorbit Matahari. Posisi Bulan saat kembali ke posisi semula
adalah tepat pada garis lurus antara Matahari dan Bumi, dan orbitnya berupa
lingkaran. Lamanya periode sinodis adalah 29,53 hari.
2. Periode sideris, yaitu ketika Bulan kembali ke posisi awal
yang terlihat dari Bumi. Lamanya periode sideris adalah 27,32 hari, dan periode
ini merupakan periode orbit Bulan yang sebenarnya. Radius rata-rata orbit
sideris yang hampir lingkaran ini adalah 384.264 km.
Berdasarkan Surat Yunus ayat 5, kita bisa mengetahui
bahwa ayat tersebut membedakan periode sinodis (yang merupakan periode semu)
untuk mengetahui jumlah tahun dan periode sideris (yang merupakan periode
sebenarnya) yang digunakan dalam perhitungan ilmiah.
Periode
|
Sideris
|
Sinodis
|
Bulan [T]
|
27,321661 hari = 665,71986 jam
|
29,53059 hari
|
Bumi [t]
|
23 jam 56 menit 4,0906 detik =
86.164,0906 detik
|
24 jam = 86.400 detik
|
Sistem Bumi-Bulan
Jarak orbit Bulan sideris [L] dan waktu Bumi [t]
dihubungkan dalam Al-Quran yang menggambarkan konstanta kecepatan cahaya dalam
Surat As-Sajdah ayat 5:
DIA mengatur urusan dari Langit ke Bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya 1000 tahun menurut
perhitunganmu.
Istilah “menurut perhitunganmu” mengacu pada waktu
tahun sideris Bulan.
Ayat tersebut dimulai dengan “sang urusan” yang ALLAH
ciptakan dan perintahkan. Sang urusan ini melakukan perjalanan melewati alam semesta antara Langit dan Bumi, begitu cepat sehingga dia hanya membutuhkan
waktu 1 hari di ruang angkasa yang sama dengan waktu yang dilalui Bulan selama
1000 tahun sideris, yaitu 12.000 bulan sideris (12 x 1000).
Pertanyaan yang muncul adalah: apa, atau siapa sang
urusan ini? Dan kecepatan apa yang dimiliki sang urusan ini?
Jarak yang ditempuh dalam ruang hampa udara oleh sang
urusan dalam hari sideris = panjang 12.000 revolusi Bulan terhadap Bumi.
DUA TIPE KECEPATAN BULAN
Kecepatan relatif terhadap Bumi
Bila kita misalkan V adalah kecepatan rata-rata orbit
Bulan yang dihitung dari radius rata-rata [R] dari orbit geosentris Bulan saat
Bumi mengorbit Matahari, maka persamaannya adalah seperti di bawah ini.
Nilai V adalah nilai yang terdapat dalam semua buku
teks astronomi dan diakui oleh NASA.
Kecepatan relatif terhadap bintang dan alam semesta
Bila kita misalkan α adalah sudut yang dilalui oleh
Bumi-Bulan terhadap Matahari selama satu periode sideris Bulan (27,321661
hari), kita bisa menghitung α jika kita masukkan periode revolusi heliosentris
(1 tahun = 365,25636 hari) Bumi-Bulan mengelilingi Matahari.
|
Perhitungan kecepatan inilah yang diperlukan untuk
mengetahui kecepatan sang urusan yang disebutkan oleh ALLAH. Menurut Einstein,
kecepatan ini bisa dihitung dengan mengalikan kecepatan tipe pertama dengan Cos
α.
Karena Matahari mengubah sifat geometris ruang dan
waktu, maka kita harus mengetahui efek gravitasinya terhadap Bumi-Bulan dengan
menggunakan teori relativitas khusus yang ke dua, yaitu kita hanya harus
menghitung pergerakan geosentris Bulan tanpa pergerakan heliosentrisnya. Oleh
karena itu, persamaan tersebut menunjukkan kecepatan orbit Bulan.
Jika persamaan (5) dimasukkan ke persamaan (1), maka
akan didapat persamaan berikut.
V = 3.628,07 km/jam
Cos α = Cos 26,92848° = 0,89157
Dengan persamaan dan nilai-nilai tersebut, kita bisa
tahu berapa kecepatan sang urusan dalam Surat Yunus tersebut.
|
Dari perhitungan ini bisa disimpulkan bahwa sang
urusan, yang disebutkan dalam Al-Quran, identik dengan cahaya. Dan ALLAH telah
menjelaskan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya. Para mufasir pun menafsirkan
sang urusan pada ayat tersebut adalah malaikat.
Hal menarik lainnya adalah adanya ayat lain yang juga
memberi petunjuk persamaan relativitas dalam sistem Bumi-Bulan. Dalam Surat
Al-Hajj ayat 47, ALLAH berfirman:
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti
seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dua ayat relativitas dalam Al-Quran menegaskan bahwa
C bersifat konstan dan permanen. Belum terbukti secara ilmiah bahwa kecepatan
cahaya bisa berubah sewaktu-waktu.
Jika kita pakai persamaan (6) dan memasukkan
persamaan (3), maka akan didapat persamaan baru seperti berikut.
Radius rata-rata [R] orbit Bulan berbanding lurus
dengan periode sideris Bulan [t].
Berdasarkan kosmologi Dirac, konstanta gravitasi [G]
bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Persamaan Dirac untuk gravitasi adalah
sebagai berikut.
Berdasarkan hukum Newton, perubahan gravitasi
mempengaruhi radius [R] orbit Bulan seperti yang ditunjukkan dalam persamaan
berikut.
Karena h, m dan M tidak berubah dalam waktu lama,
radius [R] berbanding terbalik dengan G.
Thanks for reading
^_^
Sumber:
Diterjemahkan dari tulisan Dr. Mansour Hassab-Elnaby
yang berjudul “A New Astronomical Quranic Method for The Determination of The
Greatest Speed C”, yang diambil dari islamicity.
Referensi (berdasarkan sumber asli)
1.
“The speed of light”, J.H. Rush Scientific American p.
67, August, 1955.
2.
Physics, Halliday and Resnick, John Wiley and Sons
Inc., New York, 1966.
3.
The Greatest Speed, S.R. Filonovich, Mir Publishers
Moscow 1986.
4.
Theory of Relativity, Pauli, W. Pergmann Press,
Oxford, 1958.
5.
The meaning of the Glorious Quran, A. Yusuf, Ali. Dar
Al-Kitab Al-Masry.
6.
The Glorious Quran and Modern Science, Mansour,
Hassab, El-Naby, General Egyptian Book Organization BoulacCairo (1990).
7.
The Bible, The Quran and Science, Maurice Bucaill,
North American Trust Publication (1979).
8.
Astronomy, J. Mitton, Faber and Faber London, P. 20
(1978).
9.
Discovering the Universe, Charles, E. Long, Harper
& Row Publishers, P. 63 (1980).
10.
Macmillan Dictionary of Astronomy, Valerie
Illingworth, The Macmillan Press Ltd., London, 1985.
11.
The Structure of the Universe, J. Narlikar, Oxford
Univ. Press, P. 139, 172, 175 (1977).
PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan
mohon sertakan link-back ke blog ini.
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar