بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Bayangkan sebuah balon yang belum ditiup yang telah digambari beberapa
lingkaran kecil di permukaannya. Bila balon ditiup, dan membesar, maka
lingkaran-lingkaran tadi juga akan ikut melebar. Begitulah analogi dari
mengembangnya alam semesta akibat peristiwa bigbang.
Allah subhaanahu wata’aala berfirman dalam Adz-Dzaariyaat ayat 47:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.
Kata “langit”, seperti yang terdapat dalam ayat ini, digunakan di banyak
ayat lain dengan makna “ruang angkasa” dan “alam semesta”. Dalam ayat inipun
bermakna seperti itu. Dengan kata lain, Allah menyebutkan bahwa alam semesta
mengalami perluasan atau mengembang.
Hinggal awal abad 20, pandangan yang paling umum tentang alam semesta
adalah teori “steady-state”, atau keadaan tetap, yang berarti alam semesta
tidak mengalami perubahan apa-apa dan telah ada dengan sendirinya tanpa
permulaan. Namun, setelah berbagai penelitian diketahui bahwa alam semesta
tidaklah diam, melainkan “bergerak terus-menerus” atau “mengembang”, seperti
analogi balon tadi yang terus ditiup.
Awal abad 20, seorang fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan kosmolog
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menyimpulkan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Melvin Slipher juga menghitung
kecepatan bahwa 25 galaksi sedang bergerak. Hal tersebut diperkuat pada 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, astronom Amerika Serikat
yang namanya dijadikan sebagai nama teleskop (HST/Hubble Space Telescope),
menyatakan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Hal ini menandakan bahwa alam semesta memang mengembang, atau menurut ayat tersebut,
diperluas oleh Allah subhaanahu wata’aala.
Edwin Hubble |
Bagaimana mengetahui bahwa alam semesta mengembang?
Galaksi-galaksi saling menjauh satu sama lain. Hal ini bisa diketahui
dari spektrum galaksi yang diteliti dengan spektrometer. Spektrometer
menunjukkan bahwa radiasi dari galaksi-galaksi tersebut mendekati warna merah.
Dalam spektrum, bila radiasi dari suatu sumber cahaya mendekati merah, berarti
sumber cahaya tersebut menjauhi pengamat, karena perubahan panjang gelombang
akibat pergerakan relatif antara sumber dan pengamat, atau disebut juga efek
Doppler. Fenomena ini disebut redshift
(pergeseran merah), lawannya adalah blueshift.
Fenomena redshift ini dicetuskan oleh
Christian Doppler, fisikawan Austria.
Thanks for reading ^_^
Sumber:
Buku “The Astronomy Handbook: Guide to The Night Sky”, 2005,
karya Clare Gibson
PS:
Silakan kalau mau copy-paste,
namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back
ke blog ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar