Jumat, 22 Juni 2012

MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Bayangkan sebuah balon yang belum ditiup yang telah digambari beberapa lingkaran kecil di permukaannya. Bila balon ditiup, dan membesar, maka lingkaran-lingkaran tadi juga akan ikut melebar. Begitulah analogi dari mengembangnya alam semesta akibat peristiwa bigbang.

Allah subhaanahu wata’aala berfirman dalam Adz-Dzaariyaat ayat 47:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.

Kata “langit”, seperti yang terdapat dalam ayat ini, digunakan di banyak ayat lain dengan makna “ruang angkasa” dan “alam semesta”. Dalam ayat inipun bermakna seperti itu. Dengan kata lain, Allah menyebutkan bahwa alam semesta mengalami perluasan atau mengembang.

Hinggal awal abad 20, pandangan yang paling umum tentang alam semesta adalah teori “steady-state”, atau keadaan tetap, yang berarti alam semesta tidak mengalami perubahan apa-apa dan telah ada dengan sendirinya tanpa permulaan. Namun, setelah berbagai penelitian diketahui bahwa alam semesta tidaklah diam, melainkan “bergerak terus-menerus” atau “mengembang”, seperti analogi balon tadi yang terus ditiup.

Awal abad 20, seorang fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan kosmolog Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menyimpulkan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Melvin Slipher juga menghitung kecepatan bahwa 25 galaksi sedang bergerak. Hal tersebut diperkuat pada 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, astronom Amerika Serikat yang namanya dijadikan sebagai nama teleskop (HST/Hubble Space Telescope), menyatakan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Hal ini menandakan bahwa alam semesta memang mengembang, atau menurut ayat tersebut, diperluas oleh Allah subhaanahu wata’aala.

Edwin Hubble

Bagaimana mengetahui bahwa alam semesta mengembang?

Galaksi-galaksi saling menjauh satu sama lain. Hal ini bisa diketahui dari spektrum galaksi yang diteliti dengan spektrometer. Spektrometer menunjukkan bahwa radiasi dari galaksi-galaksi tersebut mendekati warna merah. Dalam spektrum, bila radiasi dari suatu sumber cahaya mendekati merah, berarti sumber cahaya tersebut menjauhi pengamat, karena perubahan panjang gelombang akibat pergerakan relatif antara sumber dan pengamat, atau disebut juga efek Doppler. Fenomena ini disebut redshift (pergeseran merah), lawannya adalah blueshift. Fenomena redshift ini dicetuskan oleh Christian Doppler, fisikawan Austria.


Thanks for reading  ^_^

Sumber:
Buku “The Astronomy Handbook: Guide to The Night Sky”, 2005, karya Clare Gibson


PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar