بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Sejumlah ulama salaf meriwayatkan bahwa ketika hendak dilemparkan ke
dalam api, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ditanya oleh Malaikat Jibril, “Wahai
Ibrahim, apakah ada yang bisa aku bantu?”
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjawab, “Apabila kamu yang menawarkan, aku
tidak membutuhkan bantuan darimu.”
Ibnu Abbas dan Said bin Jubair meriwayatkan bahka ketika itu malaikat
yang bertugas menurunkan hujan bertanya, “Kapankah aku harus menurunkan hujan?
Karena setelah aku diperintahkan maka aku akan langsung menurunkannya.” Namun,
perintah Allah pada api memiliki dampak yang lebih cepat daripada perintah
kepada malaikat.
Dalam Al-Anbiyaa’ ayat 69 Allah berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu
dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”. Ali bin Abi Thalib a anhu mengatakan,
“Makna perintah itu adalah ‘Wahai api, janganlah kamu mencelakakan Ibrahim’.”
Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan, “Kalau saja perintah itu tidak
diiringi dengan kata ‘penyelamat’, niscaya api itu akan tetap mencelakakan
Ibrahim akibat hawa dinginnya.”
Kaab Al-Ahbar mengatakan, “Tepat saat itu penduduk Bumi tidak dapat
menggunakan api, karena tidak ada yang dapat dibakar oleh api itu kecuali
ikatan yang melilit pada Ibrahim.”
Adh-Dhahhak mengatakan, “Diriwayatkan bahwa ketika itu Malaikat Jibril sedang
bersama Ibrahim dan menghapus apa yang melekat di wajah Ibrahim sehingga
Ibrahim pun tidak tersentuh abu sama sekali.”
As-Suudi mengatakan, “Ketika itu Ibrahim ditemani oleh malaikat
pelindung, hingga ia seperti sepotong arang yang dilindungi di dalam ruang
berwarna hijau yang dikelilingi api. Orang-orang di sana hanya dapat melihatnya
saja tanpa bisa menggapainya. Begitupun dengan Ibrahim, ia tidak keluar dari
api yang sedang menyala-nyala itu.”
Abu Hurairah meriwayatkan, “Kalimat yang terbaik saat itu adalah kalimat
yang diucapkan oleh ayah Ibrahim, karena ketika ia melihat anaknya dalam
perlindungan seperti itu, ia berkata, ‘Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, wahai
Ibrahim’.”
Ibnu Asakir meriwayatkan, dari Ikrimah, ia mengatakan bahwa ketika ibunda
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melihat anaknya dalam perlindungan, ia memanggil
Ibrahim, “Wahai anakku, aku ingin menghampirimu, maka berdoalah kepada Allah
agar aku dapat diselamatkan dari hawa panas yang ada di sekelilingmu.”
Lalu Ibrahim menjawab, “Baiklah.”
Ibunda Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pun menghampirinya dan sama sekali
tidak tersentuh oleh panasnya api. Ketika berada di dekat anaknya, ibunda Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam segera memeluknya dan menciumnya, lalu ia kembali lagi
keluar dari api itu.
Minhal bin Mahru meriwayatkan bahwa ia pernah diberitahukan bahwa Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam tinggal di dalam api itu selama 40 hari atau 50 hari, dan
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pernah berkata, “Tidak ada kehidupan di siang
ataupun malam hari yang pernah aku lalui lebih baik daripada kehidupan yang aku
rasakan ketika aku berada di dalam api, dan aku sungguh berharap kehidupanku
seluruhnya bisa seperti kehidupan ketika aku berada di sana.”
Dalam Al-Anbiyaa’ ayat 70, Allah subhaanahu wata’aala berfirman:
Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka
itu orang-orang yang paling rugi.
Dalam Ash-Shaaffaat ayat 98, Allah juga berfirman:
Maka mereka bermaksud memperdayainya dengan membakarnya, (namun Allah
menyelamatkannya), lalu Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
Thanks for reading ^_^
Sumber:
buku Qashash Al-Anbiyaa’, 2002,
karya Ibnu Katsir
PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan
mohon sertakan link-back ke blog ini.
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar