Jumat, 22 Mei 2015

MAKNA “HAMBA” DI SURAT AL-ISRÂ AYAT 1

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Dalam Al-Isrâ ayat 1, ALLAH berfirman:
“Maha Suci ALLAH, yang telah memperjalankan hamba-NYA pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa’ ……”

Pada ayat tersebut, ALLAH memulainya dengan menyebut Kemahasucian-NYA. Lafadh ini digunakan bila hal yang akan disampaikan oleh ALLAH adalah hal yang amat sangat luar biasa dan sangat mengagumkan. Hal ini juga menjelaskan bahwa apa yang akan disampaikan adalah tentu saja hal yang benar karena ALLAH Maha Suci, sehingga hal yang sangat aneh bila masih ada orang Muslim yang meragukan kebenaran peristiwa Isra Mi’raj, padahal penjelasan yang ALLAH berikan dimulai dengan “Maha Suci ALLAH”.

Hal yang mungkin menjadi pertanyaan pada ayat tersebut adalah, mengapa ALLAH menyebut “hamba”? Mengapa tidak langsung saja menyebut nama “Muhammad”? Sedikitnya terdapat dua penjelasan yang diutarakan oleh para mufasir:

1.      Penyebutan “hamba” adalah untuk menegaskan bahwa yang diperjalankan adalah jasad dan ruh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam. Ada yang beranggapan bahwa yang diperjalankan adalah hanya ruh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam saja, sedangkan jasadnya diam tidak ke mana-mana. Namun, yang disebut hamba adalah manusia yang utuh. Jika jasadnya saja, maka manusia itu disebut jenazah. Jika ruhnya saja, maka belum lengkap untuk bisa disebut hamba. Seorang hamba adalah seorang manusia berjasad dan ber-ruh. Hal ini menegaskan bahwa yang diperjalankan adalah jasad dan ruh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam.

2.      Penyebutan “hamba” adalah bentuk penegasan dan pengakuan dari ALLAH bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam adalah memang hamba ALLAH. Istilah “hamba ALLAH” bukanlah istilah sembarangan meski banyak digunakan dengan mudah oleh banyak Muslim. Kita semua, umat Muslim, memang (mengaku) sebagai hamba ALLAH. Hanya masalahnya, apakah ALLAH mengakui kita sebagai hamba-NYA? Pengakuan dari kita memang sangat mudah, tapi pengakuan, persetujuan, dan penegasan dari ALLAH bukanlah hal mudah dan biasa, tapi hal yang sangat luar biasa dan bisa dibilang sulit.
Oleh karena itu, penyebutan “hamba” oleh ALLAH sendiri kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa beliau memang sudah pasti adalah (dan diakui) sebagai hamba ALLAH. Hal ini tentu saja sangat menyenangkan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang masih sedang dalam masa berkabung. Perlu diketahui bahwa selain untuk menerima perintah shalat, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam diperjalankan adalah juga untuk menghibur beliau yang mengalami masa kesedihan yang luar biasa.


Wallâhu ‘alam.

Thanks for reading  ^_^

PS:

Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar