بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Dalam Al-Isrâ ayat 1, ALLAH berfirman:
“Maha Suci ALLAH, yang telah memperjalankan hamba-NYA
pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa’ ……”
Pada ayat tersebut, ALLAH memulainya dengan menyebut
Kemahasucian-NYA. Lafadh ini digunakan bila hal yang akan disampaikan oleh
ALLAH adalah hal yang amat sangat luar biasa dan sangat mengagumkan. Hal ini
juga menjelaskan bahwa apa yang akan disampaikan adalah tentu saja hal yang
benar karena ALLAH Maha Suci, sehingga hal yang sangat aneh bila masih ada
orang Muslim yang meragukan kebenaran peristiwa Isra Mi’raj, padahal penjelasan
yang ALLAH berikan dimulai dengan “Maha Suci ALLAH”.
Hal yang mungkin menjadi pertanyaan pada ayat tersebut
adalah, mengapa ALLAH menyebut “hamba”? Mengapa tidak langsung saja menyebut
nama “Muhammad”? Sedikitnya terdapat dua penjelasan yang diutarakan oleh para
mufasir:
1.
Penyebutan “hamba” adalah untuk menegaskan bahwa yang
diperjalankan adalah jasad dan ruh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam. Ada
yang beranggapan bahwa yang diperjalankan adalah hanya ruh Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam saja, sedangkan jasadnya diam tidak ke mana-mana.
Namun, yang disebut hamba adalah manusia yang utuh. Jika jasadnya saja, maka
manusia itu disebut jenazah. Jika ruhnya saja, maka belum lengkap untuk bisa
disebut hamba. Seorang hamba adalah seorang manusia berjasad dan ber-ruh. Hal
ini menegaskan bahwa yang diperjalankan adalah jasad dan ruh Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wasallam.
2.
Penyebutan “hamba” adalah bentuk penegasan dan pengakuan dari
ALLAH bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam adalah memang hamba ALLAH.
Istilah “hamba ALLAH” bukanlah istilah sembarangan meski banyak digunakan
dengan mudah oleh banyak Muslim. Kita semua, umat Muslim, memang (mengaku)
sebagai hamba ALLAH. Hanya masalahnya, apakah ALLAH mengakui kita sebagai
hamba-NYA? Pengakuan dari kita memang sangat mudah, tapi pengakuan,
persetujuan, dan penegasan dari ALLAH bukanlah hal mudah dan biasa, tapi hal
yang sangat luar biasa dan bisa dibilang sulit.
Oleh karena itu, penyebutan “hamba” oleh ALLAH
sendiri kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa beliau
memang sudah pasti adalah (dan diakui) sebagai hamba ALLAH. Hal ini tentu saja
sangat menyenangkan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang masih sedang
dalam masa berkabung. Perlu diketahui bahwa selain untuk menerima perintah
shalat, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam diperjalankan adalah juga untuk
menghibur beliau yang mengalami masa kesedihan yang luar biasa.
Wallâhu ‘alam.
Thanks for reading
^_^
PS:
Silakan kalau mau copy-paste,
namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back
ke blog ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar