Selasa, 07 Juli 2015

“MINAL AIDIN WAL FAIDZIN” BUKANLAH “MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم

Frase ini sudah sangat membudaya di Indonesia, terutama saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ucapan-ucapan, iklan TV dan berbagai media lain, serta para pemimpin selalu menggunakan frase ini, yang sering dimaknai “Mohon Maaf Lahir dan Batin”.

Namun faktanya, frase ini tidak dikenal dalam budaya Arab dan juga dalam Islam. Dalam buku “Bahasa!” terbitan Tempo, Qaris Tajudin mengungkapkan bahwa frase ini memang berasal dari Bahasa Arab yang banyak menyumbang istilah keagamaan di Indonesia, namun frase ini tidak dikenal dalam budaya Arab. Frase ini bisa ditemui dalam kamus Bahasa Indonesia, tapi tidak ditemukan dalam kamus Bahasa Arab kecuali kata per kata.

“Minal Aidin wal Faidzin” diterjemahkan “dari orang yang kembali dan orang-orang yang menang”. Maksudnya adalah ucapan “Semoga anda termasuk orang-orang yang kembali (ke jalan ALLAH) dan termasuk orang yang menang (melawan hawa nafsu)”. Jadi, merupakan suatu kesalahan besar jika “Minal Aidin wal Faidzin” diterjemahkan menjadi “Mohon Maaf Lahir dan Batin”.


Ucapan pada Hari Raya Ied

Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai ucapan selamat pada hari raya. Dia menjawab:
Ucapan pada hari raya, saat sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah sholat Ied (yaitu) “Taqobballôhu minna wa minkum” (artinya “Semoga ALLAH menerima dari kami dan dari kalian”). (Majmu al-Fatawa 24/253)

Hal sejenisnya juga telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat bahwa mereka melakukannya.

Imam Ahmad berkata:
Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallôhu a’lam. (al-Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam ‘al-Hawi (1/81) berkata bahwa isnadnya hasan)

Dalam Fathul Bari (2/446), Ibnu Hajar menjelaskan:
Dalam “al-Mahamiliyat” dengan isnad hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata yang artinya “Para shahabat Nabi shollallôhu ‘alaihi wasallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya: Taqobballôhu minna wa minka (semoga ALLAH menerima dari kami dan darimu)”.

Ibnu Qudamah dalam “al-Mughni” (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata:
Aku pernah bersama Abu Umamah al-Bahili dan yang lainnya dari kalangan shabahat Nabi shollallôhu ‘alaihi wasallam. Mereka bila kembali dari sholat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain: Taqobballôhu minna wa minka. (Imam Ahmad menyatakan isnad hadits Abu Umamah jayyid/bagus).

Adapun ucapan selamat “Kullu ‘âmin wa antum bikhoir” atau semisalnya yang banyak dilakukan orang (seperti “minal aidin wal faidzin” di Indonesia), maka ucapan ini tertolak, bahkan termasuk perkara yang disinggung dalam Alquran:
Apakah kalian ingin mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? (Al-Baqoroh : 61)


Sumber:
ibnu-abbas-kendari (yang disalin dari buku Ahkaamu Al Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah: Ummu Ishaq Zulfa Husein)

P.S.

Silakan kalau mau copy-paste, namun mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar