بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Frase ini sudah
sangat membudaya di Indonesia, terutama saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Ucapan-ucapan, iklan TV dan berbagai media lain, serta para pemimpin selalu menggunakan
frase ini, yang sering dimaknai “Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Namun faktanya, frase ini tidak dikenal dalam budaya Arab dan juga dalam Islam.
Dalam buku “Bahasa!” terbitan Tempo, Qaris Tajudin mengungkapkan bahwa frase
ini memang berasal dari Bahasa Arab yang banyak menyumbang istilah keagamaan di
Indonesia, namun frase ini tidak dikenal dalam budaya Arab. Frase ini bisa
ditemui dalam kamus Bahasa Indonesia, tapi tidak ditemukan dalam kamus Bahasa
Arab kecuali kata per kata.
“Minal Aidin wal Faidzin” diterjemahkan “dari orang yang kembali dan
orang-orang yang menang”. Maksudnya adalah ucapan “Semoga anda termasuk
orang-orang yang kembali (ke jalan ALLAH) dan termasuk orang yang menang
(melawan hawa nafsu)”. Jadi, merupakan suatu kesalahan besar jika “Minal Aidin
wal Faidzin” diterjemahkan menjadi “Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Ucapan pada Hari
Raya Ied
Ibnu Taimiyah
pernah ditanya mengenai ucapan selamat pada hari raya. Dia menjawab:
Ucapan pada hari
raya, saat sebagian orang mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah
sholat Ied (yaitu) “Taqobballôhu minna wa minkum” (artinya “Semoga ALLAH menerima
dari kami dan dari kalian”). (Majmu al-Fatawa 24/253)
Hal sejenisnya juga telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat bahwa
mereka melakukannya.
Imam Ahmad
berkata:
Aku tidak pernah
memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang
mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena
menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula
dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang
meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallôhu a’lam. (al-Jauharun Naqi
3/320. Suyuthi dalam ‘al-Hawi (1/81) berkata bahwa isnadnya hasan)
Dalam Fathul
Bari (2/446), Ibnu Hajar menjelaskan:
Dalam “al-Mahamiliyat”
dengan isnad hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata yang artinya “Para
shahabat Nabi shollallôhu ‘alaihi wasallam bila bertemu pada hari raya, maka
berkata sebagian mereka kepada yang lainnya: Taqobballôhu minna wa minka
(semoga ALLAH menerima dari kami dan darimu)”.
Ibnu Qudamah
dalam “al-Mughni” (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata:
Aku pernah
bersama Abu Umamah al-Bahili dan yang lainnya dari kalangan shabahat Nabi
shollallôhu ‘alaihi wasallam. Mereka bila kembali dari sholat Ied berkata
sebagiannya kepada sebagian yang lain: Taqobballôhu minna wa minka. (Imam Ahmad
menyatakan isnad hadits Abu Umamah jayyid/bagus).
Adapun ucapan selamat “Kullu ‘âmin wa antum bikhoir” atau semisalnya yang
banyak dilakukan orang (seperti “minal aidin wal faidzin” di Indonesia), maka
ucapan ini tertolak, bahkan termasuk perkara yang disinggung dalam Alquran:
Apakah kalian
ingin mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?
(Al-Baqoroh : 61)
Sumber:
ibnu-abbas-kendari (yang disalin dari buku Ahkaamu Al Iidaini Fii Al Sunnah
Al Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah,
oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, terbitan
Pustaka Al-Haura', penerjemah: Ummu Ishaq Zulfa Husein)
P.S.
Silakan kalau
mau copy-paste, namun mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima
kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar