بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
1.
Syirik kepada Allah
Tidak diragukan lagi bahwa syirik akan menghapuskan seluruh amal shaleh. Dalam surat Az-Zumar ayat 65, Allah subhaanahu wata’aala berfirman:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
Aisyah radhiyallaahu anhu suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang Abdullah bin Jud’an yang mati dalam keadaan syirik pada masa Jahiliyah. Namun, dia adalah orang yang baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab:
Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan, “Wahai Rabbku, berilah ampunan atas
kesalahan-kesalahanku pada Hari Kiamat kelak.” [HR Muslim]
2. Riya’
Allah berfirman dalam hadits qudsi:
Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalannya dan tandingannya. [HR Muslim]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat kemudian bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Yaitu riya’.”
[HR. Ahmad 5/428,
Baihaqi no. 6831, Baghawi dalam Syarhus Sunnah 4/201, dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 951, Shahih Targhib 1/120]
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah mengatakan:
Ketahuilah bahwasanya amalan yang ditujukan kepada selain
Allah bermacam-macam. Ada kalanya murni dipenuhi dengan riya’, tidaklah yang ia
niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi,
sebagaimana halnya orang-orang munafik di dalam shalat mereka. Allah Ta’aala berfirman, “Dan apabila mereka
berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.” [An-Nisaa’ : 142). Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya’ – tidak diragukan lagi bagi seorang muslim – sia-sia belaka,
tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari Allah Ta’aala. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada Allah akan tetapi terkotori oleh riya’. [Taisir Aziz Hamid hal. 467]
Contoh: Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dengan niat semata-mata karena Allah. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa dia sedang berpuasa: “Enaknya buka puasa pakai apa ya?” Atau, ia menulis di status FB-nya bahwa ia telah melakukan amal shaleh agar diketahui orang banyak (meskipun mungkin memang tidak ada niat seperti itu, tapi status facebook bisa dilihat oleh banyak orang). Maka hanguslah amalnya.
Contoh: Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dengan niat semata-mata karena Allah. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa dia sedang berpuasa: “Enaknya buka puasa pakai apa ya?” Atau, ia menulis di status FB-nya bahwa ia telah melakukan amal shaleh agar diketahui orang banyak (meskipun mungkin memang tidak ada niat seperti itu, tapi status facebook bisa dilihat oleh banyak orang). Maka hanguslah amalnya.
3. Menerjang apa yang diharamkan Allah ketika sedang sendirian
Orang yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan Allah ketika sedang sendirian, akan terhapus amalnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh
akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan membawa
kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. Allah menjadikan kebaikan
mereka bagaikan debu yang bertebaran.”
Tsauban radhiyallaahu anhu bertanya, “Terangkanlah sifat
mereka kepada kami wahai Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka.”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Mereka
masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di
waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri
menerjang keharaman Allah.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 4245, dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 505]
4. Menyebut-nyebut amalan shaleh sendiri
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga
golongan yang tidak dilihat oleh Allah pada Hari Kiamat, tidak disucikan-Nya,
dan baginya adzab yang pedih.”
Para sahabat bertanya, “Terangkan sifat mereka kepada kami
wahai Rasulullah, alangkah meruginya mereka.”
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mereka adalah
orang yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian,
dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” [HR Muslim
no. 106]
5. Mendahului Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam perintahnya
Maksudnya adalah, janganlah seorang muslim melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, sebab hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya amal adalah yang sesuai dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Allah Ta’aala berfirman dalam surat Al-Hujuraat ayat 1:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Waspadalah anda dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya
karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan
mati. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan
penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Quran)
pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang
sangat.” [Al-An’am : 110]
6. Bersumpah atas nama Allah tanpa ilmu
Abu Hurairah radhiyallaahu anhu berkata:
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, orang ini telah
mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya. [HR. Abu Dawud
no. 4901, Ahmad 2/323, dishahihkan oleh Ahmad Muhammad`Syakir dalam Syarh
Musnad no. 8275]
Dari Jundub radhiyallaahu anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Ada orang yang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan
mengampuni si fulan.” Maka Allah berkata, “Siapa yang bersumpah atas nama-Ku
bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan, sungguh Aku telah mengampuninya dan
Aku membatalkan amalanmu!” [HR Muslim no. 2621]
7. Membenci sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
Allah Ta’aala berfirman dalam surat Muhammad ayat 9:
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.
8. Terluput mengerjakan shalat Ashar
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan shalat ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu.” [HR Bukhari, An Nasaa’i dan Ibnu Majah]
“Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan shalat ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu.” [HR Bukhari, An Nasaa’i dan Ibnu Majah]
Allah Ta’aala berfirman dalam Al-Baqarah ayat 238:
Peliharalah semua shalat, dan (peliharalah) shalat wustha (ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.
Peliharalah semua shalat, dan (peliharalah) shalat wustha (ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, diriwayatkan oleh Abu
Hurairah:
Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat subuh dan ashar. Kemudian malaikat yang menjaga kalian naik hingga Allah Ta’aala bertanya kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya), “Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu?”
Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat subuh dan ashar. Kemudian malaikat yang menjaga kalian naik hingga Allah Ta’aala bertanya kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya), “Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu?”
Para malaikat
menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat.
Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat.” [HR Al-Bukhari no.
555 dan Muslim no. 632]
Thanks for reading ^_^
PS:
Silakan kalau mau copy-paste,
namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back
ke blog ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar